JAKARTA, KalderaNews.com – Wakil Menteri Pertanian, Alam, dan Kualitas Pangan Belanda, Jan-Kees Goet, berkunjung ke Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Rabu, 11 Maret 2020. Rektor IPB, Prof. Dr. Arif Satria menyambut kedatangan Wakil Menteri Pertanian, Alam dan Kualitas Pangan Belanda di Agribusiness Technology Park (ATP).
Setelah rombongan dari Belanda dijamu makan siang di area terbuka, Rektor IPB mengajak rombongan untuk tur singkat ATP mengunjungi kebun jambu, rumah kaca, dan area pengemasan. Pada kesempatan ini Wakil Menteri juga melakukan dialog singkat dengan para petani di ATP.
Wakil Menteri Goet lantas tampil sebagai pembicara tamu dalam talk show yang terinspirasi oleh acara TV di Belanda, College Tour. Rektor IPB yang bertindak sebagai moderator dalam acara ini mengangkat tema “Circular Agriculture”, Rabu, 11 Maret 2020.
BACA JUGA:
- Jaringan Alumni Belanda Sukses Ajak Wamen Belanda dan Rektor IPB Tanam Pohon
- Hand Sanitizer Langka dan Mahal, LIPI: Ini Bahan dan Cara Membuatnya Secara Mandiri
- Jangan Panik, Berikut 18 Cara Cegah Penyebaran Virus Corona di Sekolah dan Kampus
- Perhatian! Inilah Protokol Penanganan Penyebaran Virus Corona di Area Pendidikan
- Tiap Pagi SDK PENABUR Bintaro Jaya Cegah Penyebaran Virus Corona
Wakil Menteri menguraikan perkembangan penting dalam sektor di Belanda dan bagaimana Belanda berkontribusi dalam ketahanan pangan di dunia dengan membagikan visi Kementerian Pertanian, Alam, dan Kualitas Pangan di Belanda. Sekitar 300 mahasiswa IPB terlibat aktif dalam memberikan berbagai pertanyaan pada talk show yang disampaikan dalam Bahasa Inggris. PT. Ewindo juga turut mendukung kegiatan hari ini dengan membagikan 300 bungkus bibit bagi mahasiswa.
Selanjutnya pada Kamis, 12 Maret 2020, Wakil Menteri Pertanian Belanda akan melanjutkan perjalanannya dengan mengunjungi PT. Ewindo, untuk menerima majalah dengan judul ‘Green Education to Strengthen Human Capital’. Majalah tersebut menyajikan wawasan tentang pencapaian terbaru dan peluang untuk kerjasama Indonesia-Belanda dalam pendidikan kejuruan di bidang pertanian capaian terbaru dan peluang untuk kerjasama Indonesia-Belanda dalam pendidikan kejuruan di bidang pertanian.
Ditegaskan Jan-Kees Goet, Belanda sebagai negara dengan produksi pangan terbesar kedua di dunia, sangat bergantung pada sektor pertanian, hortikultura, dan perikanan dalam membangun perekonomiannya. Sektor-sektor ini sangat berkaitan dengan berbagai sektor lainnya yang berkontribusi pada perekonomian seperti bank, eksportir, perusahaan dagang, serta berbagai perusahaan yang memproses bahan mentah menjadi produk jadi yang siap dikonsumsi di tiap lapisan masyarakat mulai dari hotel-hotel besar hingga rumah tangga.
Sektor-sektor ini memiliki karakteristik model bisnis yang menekankan pada biaya produksi yang serendah mungkin dengan jumlah produksi yang tinggi. Dampak yang ditimbulkan dari model bisnis ini adalah masalah bagi lingkungan hidup. Masyarakat umumnya tidak mengetahui mengenai asal muasal produk pangan yang mereka konsumsi, sementara petani yang tidak merasa diri mereka diapresiasi oleh pasar dengan nilai jual yang tinggi pada akhirnya menggunakan teknik produksi yang tidak berkelanjutan selama hal tersebut dapat menekan biaya produksi.
Proses pertanian yang tidak berkelanjutan ini pada akhirnya menimbulkan dampak buruk bagi bumi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah menerbitkan Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalah pembangunan berkelanjutan ini secara fundamental. Belanda telah memberikan kontribusinya dalam membuat SDGs dan proses implementasinya untuk pembangunan yang berkelanjutan.
BACA JUGA:
- Indonesia-Belanda Inisiasi Konsep Living Lab untuk Kembangkan Danau Toba
- Gaes, Pemerintah Tambah Hari Libur dan Cuti Bersama, Catat Tanggalnya
- Subyektivitas dalam Eksplorasi Diri
- Para Pelancong Kolombia Kepincut Bali, Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, Likupang dan Mandalika
Proses pertanian, hortikultura, dan perikanan Belanda berusaha menekankan implementasi SDGs melalui kewirausahaan yang sudah mapan, pengalaman Belanda dengan produksi menggunakan teknologi yang efisien, serta riset yang telah dilakukan secara terus menerus di berbagai institusi pendidikan tinggi Belanda. Berbagai perusahaan dan organisasi Belanda dalam sektor pertanian telah berkomitmen dalam implementasi Climate Agreement yang memiliki tujuan untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida (CO2) hingga tidak lebih dari 3,5 megaton pada tahun 2030.
Sektor pangan dan pertanian Belanda sangat bergantung pada impor bahan mentah dan komoditas lain dari berbagai belahan dunia. Sumber daya ini tidak selalu diproduksi dengan sistem yang berkelanjutan. Di saat yang bersamaan, ada banyak limbah yang timbul dari rantai produksi pangan mulai dari proses awal produksi hingga sampah yang timbul dari rumah tangga.
Penghancuran limbah ini memakan banyak biaya, walaupun sebenarnya ada cara untuk memanfaatkan kembali limbah tersebut dalam siklus pangan. Konsumen yang mengetahui proses produksi pangan mereka akan lebih menghargai produsen dan produk pangan, serta dapat berkontribusi pada pengurangan limbah dan memberikan kontribusi harga yang lebih adil pagi produsen.
Rantai pasok (supply chain) yang lebih singkat akan mendekatkan konsumen dan produsen serta membawa perubahan yang lebih baik bagi lingkungan hidup. Hal ini penting dalam menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan di Belanda, dengan kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam sektor tersebut.
BACA JUGA:
- Selamat, Inilah Profil Lengkap 3 Besar Puteri Indonesia 2020 dari Bali, Jawa Timur dan Jawa Tengah
- Inilah 6 Besar Puteri Indonesia 2020
- Inilah 11 Besar Puteri Indonesia 2020
- Inilah Profil Lengkap 39 Finalis Cantik Ajang Puteri Indonesia 2020 – Part 2
- Inilah Profil Lengkap 39 Finalis Cantik Ajang Puteri Indonesia 2020 – Part 1
Sektor pertanian Belanda selalu mengedepankan proses produksi pangan yang efisien. Hal ini penting sebagai langkah awal dalam mengembangkan penggunaan bahan mentah yang berkelanjutan untuk mencapai ‘circular agriculture’. Sistem produksi di sebagian besar negara di dunia saat ini masih berorientasi pada penekanan biaya produksi yang rendah.
Belanda saat ini mencoba mengubah paradigma ini dengan fokus pada pengurangan penggunaan bahan mentah dengan meningkatkan efisiensi produksi dalam siklus pangan. Ada tiga poin utama untuk merealisasikan ‘circular agriculture’ untuk menciptakan sistem produksi pangan yang berkelanjutan:
- Posisi ekonomi dari produsen pangan dalam supply chain harus mendukung mereka untuk mendapatkan pendapatan yang memadai, mendukung inovasi, serta memiliki iklim bisnis yang sehat.
- Konsumen pangan dan industri catering harus belajar untuk lebih mengapresiasi pangan. Limbah pangan harus dikurangi dengan cara mengurangi jarak antara produsen dengan konsumen produk pangan.
- Belanda harus tetap menjadi leader dalam inovasi di bidang produksi pangan baik secara nasional maupun di pasar pangan global. Dengan begitu, Belanda dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam proses produksi pangan yang efisien serta mengurangi kerusakan ekosistem (air, tanah, udara).
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply