Gantikan Dr. Stefan Dreyer, Constanze Michel Jadi Perempuan Pertama yang Menduduki Jabatan Direktur Goethe-Institut Indonesien

Dr. Stefan Dreyer dan Constanze Michel
Dr. Stefan Dreyer dan Constanze Michel (KalderaNews/Dok. Goethe-Institut)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Setelah lima tahun menjabat sebagai Direktur Goethe-Institut Indonesien, Dr. Stefan Dreyer menyelesaikan masa tugasnya di Indonesia serta kawasan Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru.

Per 1 Agustus 2024 Constanze Michel mengambil alih posisi sebagai direktur baru institut tersebut. Ia akan menjadi perempuan pertama yang menduduki posisi Direktur Goethe-Institut Indonesien dan Direktur Goethe-Institut untuk Wilayah Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru.

Sebelum bertugas di Jakarta, Constanze Michel telah menghabiskan lebih dari 18 tahun di Goethe-Institut, dimulai sebagai Kepala Bagian Kursus dan Ujian di Madrid, Spanyol.

BACA JUGA:

Kariernya kemudian berlanjut di München dengan posisi terakhir sebagai Direktur Regional Jerman sejak 2018.

“Goethe-Institut di Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, merupakan fokus strategis institusi kami. Saya sangat antusias untuk semakin memperluas dan memperdalam kerja sama yang baik sekali dengan para mitra departemendepartemen kami, juga untuk menemukan titik-titik koneksi, serta topik-topik untuk dibahas bersama dan digarap melalui berbagai program,” tandas Constanze Michel

“Saya sangat menantikan untuk mengenal perspektif Indonesia melalui beragam kolaborasi dan interaksi di masa mendatang,” imbuhnya.

Dr. Stefan Dreyer Pensiun

Dr. Stefan Dreyer memimpin Goethe-Institut Indonesien dari 15 Maret 2019 hingga 31 Juli 2024. Ia pertama kali datang ke Jakarta pada tahun 1982 sebagai magang dan mengajar bahasa Jerman di Goethe-Institut yang lama di Jl. Matraman Raya.

Ia kemudian ditugaskan ke Maluku untuk bekerja sama dengan guru-guru muda. Setelah 34 tahun berkarir di Goethe-Institut, yang membawanya ke berbagai kota seperti Budapest, Colombo, New Delhi, dan Seoul, ia kini akan pensiun.

Selama masa kepemimpinannya, Goethe-Institut Indonesien berhasil beradaptasi dengan cepat ke format digital untuk kursus bahasa Jerman dan program budaya ketika pandemi COVID-19 dan PSBB diterapkan pada Maret 2020.

Pada 2022 diselenggarakan pameran “Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak” di Galeri Nasional Indonesia, sebuah kerja sama dengan empat institusi seni terkemuka dari Thailand, Singapura, Jerman, dan Indonesia, yang merupakan salah satu pameran pertama setelah pelonggaran PSBB di Jakarta.

Selain itu, pada Januari 2023, Goethe-Institut Indonesien menandatangani Nota Kesepahaman dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memasukkan kelas bahasa Jerman dalam kurikulum program studi keperawatan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Di Bandung, Goethe-Institut juga sedang mengembangkan pusat kompetensi untuk tenaga kerja ahli yang akan menyediakan layanan dan koordinasi untuk kegiatan di Asia Tenggara serta menciptakan sinergi dengan pelaku lain dari Jerman.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*