Bumi Kian “Mendidih”, BMKG Ajak Generasi Muda Segera Lakukan Aksi Nyata

Krisis Air Bersih Saat Musim Kemarau
Krisis air bersih saat musik kemarau di Indonesia (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati ajak generasi muda berperan aktif dalam menyelamatkan bumi dari perubahan iklim.

Hal tersebut disampaikan Dwikorita dalam program pendidikan Green Leadership Indonesia (GLI) yang diselenggarakan Institut Hijau Indonesia.

“Indonesia butuh ide dan tindakan nyata inovatif dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk menciptakan linkungan yang berkelanjutan,” katanya.

BACA JUGA:

Dwikorita mengatakan, kondisi bumi kekinian akibat perubahan iklim cukup mengkhawatirkan.

Tak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi semakin bertambah, namun juga krisis air yang juga berimbas pada berbagai sektor kehidupan.

Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian, di mana Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami krisis pangan pada 2050.

Bumi semakin “mendidih” dan krisis air

BMKG mencatat, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0.8 °C relatif terhadap periode klimatologi 1981 hingga 2020.

Tahun 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7 °C, dengan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.6 °C.

Lanjut Dwikorita, World Meteorolgical Organization (WMO) mencatat bahwa tahun 2023 menjadi tahun dengan pernuh rekor temperatur.

Misal, sepanjang Juni-Agustus menjadi 3 bulan terpanas sepanjang sejarah serta gelombang panas (heatwave) terjadi di banyak tempat secara bersamaan.

“Perubahan iklim memberi tekanan tambahan pada sumber daya air yang semakin langka dan menghasilkan yang dikenal sebagai water hotspot,” imbuhnya.

Generasi muda harus terlibat

Dampak perubahan iklim pun makin terasa di Indonesia. Namun, banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak memahami bahwa cuaca ekstrem yang kerap terjadi, kejadian iklim maupun kenaikan suhu udara merupakan dampak perubahan iklim.

Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca.

Dwikorita menyatakan, untuk memitigasi ancaman krisis pangan BMKG terus melakukan literasi iklim melalui Sekolah Lapang Iklim.

“Generasi muda harus terlibat dalam berbagai aksi mitigasi dan perubahan iklim termasuk mencegah laju perubahan iklim itu sendiri untuk menjaga keberlanjutan alam dan menciptakan masa depan yang lebih baik,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*