Kebangkitan China Bikin Media Berbahasa Mandarin di Indonesia Kian Pro China dan Tinggalkan Pembaca Lokal

Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com — Kamu yang saat ini kuliah Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom)  perlu baca buku yang bakal terbit ini guys. Ditulis oleh Leo Suryadinata, profesor emeritus di National University of Singapore, buku ini membahas orientasi pembaca media berbahasa China yang terbit di Indonesia.

Menurut rangkuman isinya yang dipublikasikan di situs resmi ISEAS Publishing, penerbitnya, Leo Suryadinata mengkaji antara lain dampak globalisasi dan kebangkitan China terhadap orientasi politik surat kabar berbahasa China di Indonesia.

Buku yang diberi judul The Orientation of Chinese Newspapers in Indonesia as China Rises, dipublikasikan oleh ISEAS, Singapura. Pemikiran Leo ini disajikan dalam format tulisan jurnal, terbit 23 halaman dan merupakan edisi ke-8 dari serangkaian tulisan bertema Tren in Indonesia.

BACA JUGA:

Buku ini menunjukkan bahwa sepanjang sejarah surat kabar berbahasa Tionghoa di Indonesia yang panjang, orientasinya telah bergerak dari fokus yang berorientasi pada China di masa lalu ke fokus yang berorientasi pada Indonesia di waktu yang kemudian, dan kini menunjukkan perkembangan baru.

Menurut buku ini, kebangkitan China baru-baru ini berdampak besar pada surat kabar berbahasa Mandarin di Indonesia. Banyak dari artikel mereka pro-China sambil berusaha menjaga keseimbangan untuk tetap borientasi pada Indonesia.

Pada saat yang sama, media berbahasa Mandarin menghadapi tantangan yang serius dalam demografi pembacanya. Pembaca tradisionalnya adalah Komunitas Tionghoa Indonesia yang masih menggunakan Bahasa Mandarin. Meskipun secara ekonomi mereka sangat kuat, jumlahnya kian menyusut.

Menurut Ignatius Edhi Kharitas, peneliti dalam Forum Sinologi Indonesia, keterbatasan pembaca dan pengiklan menjadi masalah umum media berbahasa Mandarin. Mengutip penelitian  Aimee Darwis, ia mengatakan pelanggan utama koran bahasa Mandarin adalah golongan etnis China kelahiran 1940 hingga 1950-an yang masih mengalami pendidikan dalam bahasa Mandarin. Sementara generasi yang lahir dan besar dalam sistem pendidikan Orde Baru umumnya tidak cakap lagi berbahasa ibu mereka. Generasi muda yang lahir setelah Reformasi yang sudah lebih bebas mempelajari bahasa Mandarin tampaknya tidak memilih bahasa ini sebagai sarana untuk mencari sumber informasi. Hal ini turut membuat perusahaan pers harus gulung tikar tak lama setelah menerbitkan koran berbahasa Mandarin.

Pembaca lain koran berbahasa Mandarin adalah para imigran baru dari China di Indonesia maupun etnis China negara-negara Asia Tenggara lainnya. Seberapa besar jumlah mereka tampaknya masih menjadi pertanyaan. Leo Suryadinata melihat bahwa potensi segmen ini masih relatif kecil.

Menurut Ignatius Kharitas, migran baru dari China, yang antara lain terdiri dari para pemodal, pekerja, dan mahasiswa. Para migran baru tersebut dapat menjadi tambahan konsumen koran bahasa Mandarin. Namun Ignatius juga memperkirakan  jumlah mereka belum signifikan untuk menambah jumlah pelanggan koran berbahasa Mandarin.

Alhasil, menurut Leo Suryadinata pada kajian terbaru ini, media berbahasa Mandarin di Indonesia berpotensi akan menjadi surat kabar yang lebih banyak dibaca oleh kalangan China perantauan ketimbang komunitas Tionghoa di Indonesia.

Salah satu penyebabnya, menurut kajian ini, karena semakin banyak redaktur, jurnalis dan  penulis surat kabar berbahasa Mandarin di Indonesia saat ini bukan orang lokal.

Dalam bukunya yang terbit sebelumnya, Leo Suryadinata telah mengamati masalah ini. Menurut dia, jumlah penulis dan wartawan yang fasih menggunakan bahasa Mandarin ragam pers semakin terbatas. Di samping itu, setiap koran dimiliki oleh grup media atau pemodal dengan kepentingan bisnis yang berbeda-beda. Jadi, pilihan untuk merger bagi media yang mengalami permasalahan ekonomi supaya dapat bertahan menjadi sangat sulit dilakukan.

Buku ini akan terbit pada 28 April 2023. Berminat jadi pembaca pertamanya? Sila kunjungi situs resmi penerbitnya ya guys.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*