JAKARTA, KalderaNews.com — Bagi kalangan warga kulit hitam di Amerika Serikat menjadi dokter adalah kesempatan yang langka.
Menurut data terbaru, hanya 5,7 persen dari keseluruhan dokter di AS mengidentifikasi diri sebagai etnis Afro-Amerika.
Lebih superlangka lagi adalah dokter bedah saraf. Data tahun 2018 menunjukkan hanya ada 33 dokter bedah saraf keturunan kulit hitam.
Itu sebabnya ketika Universitas Vanderbilt mengumumkan Tamia Potter berhasil lolos untuk mengikuti program residensi bedah saraf di universitas itu, hal tersebut menjadi berita besar.
Untuk pertama kalinya seorang warga Afro Amerika diterima di program yang akan dijalaninya di pusat medis universitas di Nashville, Tennessee itu, sejak dibuka pertama kali hampir seabad lalu.
BACA JUGA:
- Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Pilmapres 2023 Digelar, Berikut Pedoman dan Jadwal Seleksinya
- Menghadapi Mahasiswa Super Kritis? Simak Saran Tim Pasang, Profesor Asal.Toraja yang Mengajar di AS
Wanita berusia 26 tahun itu menerima kabar tersebut pada 17 Maret — yang lebih dikenal oleh mahasiswa kedokteran sebagai Match Day, ketika ribuan mahasiswa lulusan Fakultas Kedokteran akan mengetahui di mana mereka akan melakukan pelatihan residensi untuk beberapa tahun ke depan.
Potter mengatakan kepada CNN bahwa dia tidak percaya ketika pertama kali melihat pengumuman namun kini sangat lega dan bersemangat untuk memasuki bab selanjutnya dalam hidupnya setelah bertahun-tahun bersekolah.
“Semua yang saya lakukan, semua yang saya pelajari, semua yang saya alami adalah untuk kemajuan orang lain,” kata Potter.
Vanderbilt melatih residen bedah saraf pertamanya pada tahun 1932, menjadikan Potter wanita kulit hitam pertama yang bergabung dalam 91 tahun, menurut Dr. Reid Thompson, seorang profesor dan ketua Departemen Bedah Neurologis Vanderbilt.
Thompson mengatakan kepada CNN dalam sebuah pernyataan bahwa dia dan rekan-rekannya langsung terkesan dengan “kecemerlangan dan hasrat Potter untuk bedah saraf” ketika dia mengunjungi universitas itu musim panas lalu.
Potter lulus summa cum laude pada tahun 2018 dengan gelar Sarjana Kimia dari Florida Agricultural and Mechanical University (FAMU). Perguruan tinggi itu adalah universitas kulit hitam negeri (Historically Black Colleges and Universities, HBCU) dengan peringkat tertinggi menurut pemeringkatan US News & World Report’s 2022-23.
Dia mengatakan kepada CNN bahwa menjadi alumni FAMU membuktikan bahwa adalah mungkin untuk menempuh studi di HBCU dan “mencapai setiap hal yang Anda inginkan dan mewujudkan impian Anda.”
Sebelum mengikuti program residensi di Vanderbilt, Potter akan menyelesaikan studinya di Case Western Reserve University Medical School.
Seperti dikisahkan oleh CNN, pertama kali Potter bertemu dengan seorang ahli bedah saraf wanita kulit hitam adalah di sekolah kedokteran, dan menurut dia representasi kulit hitam sangat penting karena mendorongnya untuk percaya pada dirinya sendiri.
Potter tahu beberapa orang akan mempertanyakan kualifikasinya karena rasnya. “Ketika Anda masuk ke ruangan, semua orang mengira Anda seorang perawat, atau mereka mungkin mengira Anda seorang petugas kebersihan,” katanya.
Dia menambahkan: “Banyak orang merasa ketika Anda pergi ke HBCU, Anda mengorbankan kualitas, dan itu adalah sesuatu yang tidak boleh dipercayai orang.” ◾
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply