JAKARTA, KalderaNews.com– Setiap tahun sekitar 100 pelajar dari Indonesia menempuh pendidikan tinggi di India. Namun, hanya sedikit pelajar India yang melakukan hal serupa di Indonesia.
Padahal kedua negara seharusnya dapat menjalin kolaborasi untuk membuka peluang pertukaran pelajar yang lebih luas. Apalagi India dan Indonesia memiliki program yang sama dalam hal internasionalisasi pendidikan.
Hal ini dibahas dalam Konferensi Meja Bundar Internasional yang diadakan oleh India EdTech RISE bekerjasama dengan Kadin di Yogyakarta, 17 Maret 2023.
Pada konferensi itu akademisi dan pakar industri dari India dan Indonesia membahas strategi untuk meningkatkan kerjasama antara kedua negara.
Diskusi tersebut bertujuan untuk mengembangkan strategi peningkatan transfer teknologi, aliansi penelitian dan pertukaran pelajar antara Indonesia dan India.
BACA JUGA:
- Pengalaman Seru Profesor Tim Pasang Asal Indonesia Mengajar di AS dan NZ. Sudah Belasan Tahun lho!
- Menghadapi Mahasiswa yang Super Kritis? Simak Saran Tim Pasang, Profesor asal Toraja yang Mengajar di AS
- Balik dari Luar Negeri Ikut Program IISMA Pakai Uang Rakyat, Kontribusi pada Bangsa dan Negara Dinantikan
“Kerja sama ini akan berfokus pada tiga bidang utama termasuk program penelitian bersama, implementasi yang tepat dari Kebijakan Pendidikan Nasional (NEP) di kedua negara dan memulai perubahan teknologi zaman baru di tingkat industri yang terintegrasi ke dalam kurikulum,” kata Gaurv Bhatia, CEO RISE, dikutip dari EducationTimes.
RISE memilih Indonesia sebagai tujuan kolaborasi karena memiliki peluang besar untuk pertukaran pelajar.
“Setiap tahun, hampir 100 pelajar dari Indonesia menempuh pendidikan tinggi di India. Namun, hanya sedikit pelajar India yang memilih Indonesia sebagai tujuan pendidikan.”
“Kedua negara biasanya mencari pilihan di negara-negara barat untuk melanjutkan pendidikan tinggi mereka. India dan Indonesia dapat muncul sebagai tujuan terbaik untuk pendidikan tinggi karena kedekatannya dan pendidikan yang terjangkau,” tambahnya.
Kedua negara merilis Kebijakan Pendidikan Nasional (National Education Policy/NEP) pada waktu yang bersamaan.
“NEP kedua negara berfokus pada internasionalisasi pendidikan, kebijakan magang, mempromosikan hasil penelitian dan keterampilan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.”
“Seperti NEP di India di mana siswa memiliki fleksibilitas untuk menyelesaikan Bank Kredit Akademik (Academic Bank of Credits) mereka dari universitas mana pun di seluruh negeri, NEP Indonesia yang juga dikenal sebagai Merdeka Belajar- Kampus Merdeka memberi siswa bekal untuk mengejar kredit tertentu dari negara lain untuk mendapatkan perspektif global. Fleksibilitas dan kesamaan motif kedua belah pihak membuat kedua negara menjalin kerja sama,” tambah Bhatia.
Sementara itu, George Iwan, Wakil Ketua, Keterlibatan Global, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) mengatakan Indonesia beresonansi dengan hubungan budaya dan nilai yang kuat dengan India.
“Kami merasakan hubungan yang kuat dengan India mengikuti kisah warisan Ramayana, Arjuna dan Krishna. Ada hubungan sejarah yang kuat, tetapi Indonesia memandang hormat India karena pengetahuan Teknologi, Arsitektur, dan Perawatan Kesehatannya yang luar biasa. Perusahaan teknologi terbesar di dunia dipimpin oleh para profesional asal India,” kata dia.
“Meskipun India sangat maju di hampir semua bidang, kami lebih berani mengambil risiko. Kami juga bisa membantu India di sektor-sektor unggulan kami seperti E-Commerce, Basic Science, Pertanian, Budidaya Padi dan Kelapa Sawit.”
Menjelaskan bagaimana India bisa mendapatkan keuntungan dari kerjasama ini, Profesor Rajan Welukar, konvenor konferensi dan mantan wakil rektor University of Mumbai mengajukan dua universitas di Yogyakarta yang dapat dijadikan contoh pertukaran pelajar. Keduanya adalah Universitas Gadjah Mada dan AMIKOM Yogyakarta.
“Universitas India dapat belajar banyak dari tradisi UGM yang berusia 70 tahun, kampusnya, visinya, ruang kelasnya, dan infrastrukturnya.
Kedua, Universitas AMIKOM Yogyakarta menawarkan layanan animasi ke Hollywood yang menandakan fitur artistik dan kreatifnya yang luar biasa. Kurikulum universitas memastikan bahwa setiap mahasiswa bekerja di industri sejak tahun pertama. Tak satu pun dari universitas kami (di India) mempersiapkan siswa untuk mendapatkan pekerjaan segera setelah menyelesaikan tahun pertama program studi mereka. Kualitas animasi mereka sangat bagus dan bisa menjadi bahan pembelajaran bagi sekolah drama India.”
Dia menambahkan Indonesia dapat menjadi institusi bagi India dalam memberikan keterampilan manajemen bencana.
Indonesia, kata dia, sering mengalami letusan gunung berapi dan telah mengadopsi langkah-langkah yang berhasil menyelesaikan situasi untuk memastikan kerugian minimal. Kota Yogyakarta, kata dia, telah berhasil menjaga lingkungannya tetap bersih dan hijau, dan dapat mengajarkan India untuk menjaga hal yang sama.
Diskusi diakhiri dengan penandatanganan dua MoU antara RISE dengan Universitas Ahmad Dahlan ( UAD) dan Kadin. Sejumlah perwakilan universitas India seperti Manpreet Singh Manna, wakil rektor, Universitas Chandigarh; Rakesh Kumar Gupta, wakil rektor Universitas Maharaja Agrasen, Himachal Pradesh; Anand Mahalwar, wakil rektor Universitas ISBM, Chattisgarh; Harsh Shah, presiden Universitas Sigma, Gujarat antara lain telah setuju untuk meluncurkan pertukaran akademik untuk tingkat mahasiswa fakultas dan program kolaborasi penelitian.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply