Menjelajahi Mata Sahara dari Google Earth

Mata Sahara dari Google Earth pada Maret 2023
Mata Sahara dari Google Earth pada Maret 2023 (KalderaNews/Arlicia)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Menjelajahi wilayah Sahara melalui Google Earth kita dapat menemukan sebuah pemandangan unik yang hanya tampak jelas jika dilihat dari ketinggian. Objek tersebut ialah Mata Sahara, Eye of the Sahara atau sering disebut Struktur Richat (Qalb ar-Risyat). Letaknya ada di Dataran Tinggi Adrar, Mauritania, bagian barat benua Afrika. Tepatnya pada koordinat 21 7′ 29,67″ LU dan 11 24′ 12,96″ BB.

Mata Sahara terlihat sangat indah jika dilihat dari angkasa. Rupanya membentuk lingkaran di tengah gurun dengan diameter sekitar 40 km2. Dalam lingkaran terdapat lingkaran-lingkaran yang lebih kecil sehingga nampak berlapis-lapis.

Semula, Mata Sahara disangka hasil tabrakan meteorit. Alasannya karena bentuk lingkaran yang dihasilkan sangat sempurna. Namun, para ahli geologi mengklaimnya terbentuk oleh proses geologi yang terjadi mulai eon Proterozoikum akhir hingga periode Ordovisium.

BACA JUGA:

Mata Sahara hanyalah bagian kecil dari sebuah lembah bernama Basin Taoudenni. Awalnya, perlapisan batuan yang ada hanya terdiri atas batu pasir (sandstone), batu lumpur (mudstone), batu kapur dolomit dan limestone, serta batu rijang (chertstone).

Selanjutnya, perlapisan batuan tersebut mengalami pengangkatan membentuk sebuah tonjolan karena adanya sisipan magma atau batuan plutonik di bawahnya. Dengan demikian terjadilah dome atau kubah Richat yang berpotensi menjadi calon gunungapi muda.

Selain memicu pembentukan kubah, magma juga turut menerobos di antara perlapisan batuan berupa dyke, sisipan magma secara vertikal memotong perlapisan batuan. Dyke tersebut menyusup secara melingkar menyerupai cincin.

Dyke pertama berdiameter kurang lebih lima puluh meter. Sedangkan dyke kedua yang berada dalam lingkaran dyke pertama berdiameter kurang lebih dua puluh meter. Keduanya tersusun atas batu basalt.

Bagian pusat atau tengah Mata Sahara berupa steker melingkar dan singkapan batuan vulkanik-sedimen kecil. Penyusunnya adalah batuan kimberlitik dan breksi. Sisipan tersebut merupakan cikal bakal saluran utama magma yang nantinya bermuara membentuk kaldera.

Seiring berjalannya waktu, kubah Richat yang rencananya menjadi gunungapi malah mengalami proses pengikisan oleh tenaga angin dan aliran air yang sangat intensif. Lama-kelamaan perlapisan batuan yang tersusun pun menjadi tersingkap dan nampak jelas.

Proses pengikisan yang terjadi juga membuat permukaan Mata Sahara menjadi lebih datar membentuk cuesta dengan tiga cincin. Semua cincinnya memiliki lereng terjal yang menghadap arah dalam sedangkan lereng yang landai menghadap ke arah luar. Panorama Mata Sahara seperti inilah yang kini terlihat.

Sayangnya, menikmati keindahan Mata Sahara secara utuh dan menyeluruh hanya dapat dilakukan jika posisi kita berada di tempat yang cukup tinggi, seperti dari pesawat terbang tinggi atau pesawat luar angkasa. Tentunya membutuhkan biaya yang tidak murah. Kalau mau murah, jelajahi dari Google Earth saja yuk!

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*