JAKARTA, KalderaNews.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, perubahan iklim memicu krisis air menjadi ancaman serius.
“Krisis air terjadi hampir di seluruh belahan dunia dan menjadi krisis global yang harus diantisipasi setiap negara,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Dwikorita mengatakan, peningkatan emisi gas rumah kaca berdampak pada kenaikan suhu udara serta fenomena perubahan iklim.
BACA JUGA:
- BMKG: Prakiraan Kemarau Kering di Jabodetabek Mulai Maret 2023
- Inilah 3 Zona Bahaya Gempa Bumi Sesar Cugenang Termutakhir dari BMKG
- Maret-April-Mei Transisi ke Musim Kemarau, Sifat Curah Hujan Normal Hingga Juni 2023
Emisi gas rumah kaca yang tak bisa dikendalikan memicu semakin cepatnya proses penguapan air permukaan. Hal ini mengakibatkan ketersediaan air makin cepat berkurang.
“Sebaliknya, akan terjadi hujan yang berlebihan di lokasi atau belahan bumi yang lain,” kata Dwikorita.
Pengurangan stok air itu berlaku bagi air permukaan maupun di tanah. Hal ini jelas mempengaruhi ketersediaan air bersih di seluruh dunia.
“Ditambah perubahan iklim yang ekstrem menyebabkan proses turunnya hujan menjadi ekstrem dan tidak merata,” lanjut Dwikorita.
Alarm serius pada Bumi
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada 2022 juga melaporkan bahwa kekeringan dan kelangkaan air melanda Eropa, Amerika sebelah utara dan barat, Amerika selatan barat, kawasan Mediterania, dan Sahel (zona perbatasan antara Gurun Sahara dengan daerah sebelah utara Afrika yang lebih subur).
Selain itu, Amerika Selatan, Afrika Utara, Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, dan Australia Tenggara.
“Namun, pada saat yang sama, banjir juga terjadi Easton Sahil, Pakistan, Indonesia, hingga Australia Timur. Jadi, sekali lagi kekeringan dan banjir adalah dampak yang sama akibat dari dari kencangnya laju perubahan iklim yang diperparah dengan kerusakan lingkungan,” papar Dwikorita.
“Situasi Bumi saat ini menjadi alarm serius bagi kita semua. Kita perlu bekerja sama, berpikir bersama, dan memecahkan masalah bersama,” lanjut Dwikorita.
Sebelumnya, BMKG telah memperingatkan soal kedatangan kemarau kering di Indonesia akibat kepergian La Nina dan kedatangan El Nino. Musim itu akan dimulai pada Maret.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply