Di Tengah Gempuran Informasi Digital, Perpustakaan Sekolah Harus Berinovasi

Ilustrasi: Mengenalkan buku kepada anak. (Ist.)
Ilustrasi: Mengenalkan buku kepada anak. (Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Perpustakaan sekolah didorong agar terus berinovasi supaya mampu meningkatkan tingkat literasi di Indonesia.

Karena, berdasarkan data Asesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik di Tanah Air belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Survei Program for International Student Assessment atau PISA 2018 pun menampilkan kemampuan membaca siswa Indonesia berada di urutan ke-71 dari 76 negara.

BACA JUGA:

Tantangan perpustakaan sekolah makin besar seiring kemajuan teknologi informasi. Pemakaian mesin pencari internet seperti Google sudah menggeser peran perpustakaan sebagai pusat sumber informasi dan pengetahuan.

Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anang Ristanto mengatakan, perpustakaan sekolah berperan penting mendukung pembelajaran sekolah.

Banyak perpustakaan rusak

Anang mengatakan, berdasarkan data Kemendikbudristek pada 2021, terdapat sekitar 180.000 perpustakaan sekolah di Indonesia.

Perpustakaan tersebut tersebar dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah.

“Sayangnya, baru 44,75 persen yang terdata dalam kondisi baik. Sementara 55,25 persen sisanya berada dalam kondisi rusak ringan, sedang, dan berat,” tutur Anang.

Perpustakaan harus berinovasi

“Kami mengajak pustakawan sekolah terus berinovasi dan berkolaborasi mengembangkan sarana-sarana dalam meningkatkan literasi,” kata Anang dalam seminar “Digital Marketing dan Branding Perpustakaan Sekolah” di Jakarta.

Menurut Anang, pengelolaan perpustakaan sekolah tidak lagi bisa hanya mengandalkan cara-cara konvensional, karena cara siswa mengakses informasi dan pengetahuan telah berubah.

Maka, perpustakaan sekolah juga mesti berbenah. Dalam penempatan buku, misalnya, tidak sekadar diletakkan dalam satu ruangan khusus, tapi memperbanyak pojok baca agar lebih mudah diakses siswa.

Anang menambahkan, di era transformasi digital, perpustakaan sekolah perlu mengubah cara pandang terkait pola pelayanan.

“Perpustakaan bukan lagi sekadar tempat untuk bertukar pikiran. Namun, bagaimana pendidik dan peserta didik juga bisa memanfaatkan sumber daya perpustakaan untuk melakukan uji coba proyek pembelajaran,” papar Anang.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*