Inilah Perbedaan 1 Muharram dan 1 Suro yang Bernuansa Mistis

Ilustrasi: Tahun Baru Islam, 1 Muharram. (KalderaNews.com/Ist.)
Ilustrasi: Tahun Baru Islam, 1 Muharram. (KalderaNews.com/Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Umat Islam akan segera merayakan tahun baru Hijriah 1 Muharram 1444 yang jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.

Dalam tradisi Islam, 1 Muharram diperingati lantaran merupakan awal hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makah ke Madinah.

Peristiwa tersebut menandai babak baru dalam dunia Islam.

BACA JUGA:

Pada masa Khalifah Umar, pembuatan kalender Hijriyah dimulai, dan diberlakukan mundur 17 tahun, terhitung sejak tahun hijrah Makah-Madinah.

Nah, sementara dalam tradisi Islam di Jawa, tanggal 1 Muharram disebut sebagai malam 1 Suro.

Dalam budaya Islam tanggal itu merupakan hari suci, karena menjadi penanda resolusi kalender Islam. Namun, dalam tradisi Jawa peringatan itu justru dianggap sakral dan mistis.

Pada dasarnya, 1 Muharram dan malam 1 Suro adalah sama. Yang membedakan dalam hal penyebutan serta tradisi yang mengiringinya.

Tanggal 1 Muharram adalah penanda tahun baru Hijriah, sementara 1 Suro adalah tradisi serupa dalam budaya Jawa.

Istilah “Suro” juga berasal dari bahasa Arab, “Asyura”, yang berarti sepuluh. Asyura adalah hari ke sepuluh pada bulan Muharram.

Mistisnya 1 Suro sebenarnya bermula dari beberapa faktor yang melatarbelakanginya.

Misal faktor budaya keraton Yogyakarta yang selalu mengadakan upacara atau ritual untuk peringatan hari-hari penting tertentu, termasuk malam 1 Suro.

Upacara atau ritual malam 1 Suro itu lantas diwariskan dan dilanjutkan dari generasi ke generasi.

Kemistisan malam 1 Suro juga terkait dengan politik kebudayaan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram pada medio 1628-1629.

Kala itu, Mataram mengalami kekalahan dalam penyerbuan ke Batavia. Kekalahan itu membuat pasukan Mataram terbagi ke dalam berbagai keyakinan seiring semakin masifnya Islam di tanah Jawa.

Nah, untuk merangkul pasukan Mataram yang telah terpecah belah itu, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa-Islam dengan pembauran kalender Saka dari Hindu dan kalender Hijriah dari Islam.

Pembauran kalender ini membuat peringatan 1 Muharram tak bisa lepas dari tradisi-tradisi Jawa yang masih kental dengan tradisi Hindu, seperti sesaji dan yang lain.

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*