Kenapa 1 Januari Disebut Awal Tahun Baru, Ternyata Begini Penjelasannya

1 Januari, tahun baru. (Ist.)
1 Januari, tahun baru. (Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Hampir semua negar di dunia sepakat bahwa 1 Januari merupakan awal tahun yang baru.

Tapi, tahukah kamu mengapa 1 Januari dipilih untuk mengawali tahun yang baru?

BACA JUGA:

Nah, gagasan menggunakan hari pertama Januari untuk menandai awal tahun baru sudah ada sejak zaman Julius Caesar, lima dekade sebelum kelahiran Yesus Kristus. Banyak kalender yang sudah ada sebelum Caesar menciptakan kalender Julian pada 46 sebelum Masehi (SM).

Namun, kalender Julian menjadi kalender pertama yang secara resmi menandai 1 Januari sebagai awal tahun baru. Tanggal itu adalah hari di mana kedua konsul, pejabat politik terpilih tertinggi di Roma, mulai menjabat untuk masa jabatan mereka selama setahun.

Alasan Caesar menciptakan kalender Julian adalah untuk memperbaiki sistem penanggalan yang sebelumnya digunakan Romawi. Diperkenalkan sekitar abad ketujuh sebelum Masehi, kalender Romawi berusaha mengikuti siklus Bulan, tapi kerap kali tidak sesuai dengan musim dan harus dikoreksi.

Selain itu, institusi di Romawi yang bertugas mengawasi kalender, sering menyalahgunakan wewenang dengan menambahkan hari untuk memperpanjang masa jabatan politik.

Maka, dalam merancang kalender baru, Caesar meminta bantuan Sosigenes, seorang astronom Aleksandria, yang menyarankan untuk menghilangkan siklus bulan sepenuhnya dan mengikuti tahun matahari, seperti yang dilakukan orang Mesir.

Tahun dihitung menjadi 365, dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 46 SM, sehingga membuat tahun 45 SM dimulai pada 1 Januari, bukan pada bulan Maret.

Caesar juga memutuskan bahwa setiap empat tahun sekali, satu hari ditambahkan ke Februari, sehingga secara teoritis menjaga kalendernya agar tidak ketinggalan zaman.

Tak lama setelah Caesar dibunuh pada tahun 44 SM, Mark Anthony mengubah nama bulan Quintilis menjadi Julius (Juli) untuk menghormatinya. Lalu, bulan Sextilis diganti namanya menjadi Augustus (Agustus) menurut penggantinya.

Dengan semakin meluasnya daerah kekuasaan Kekaisaran Romawi, penggunaan kalender Julian juga menyebar. Tetapi, setelah jatuhnya Roma pada abad ke-5 Masehi, banyak negara Kristen mengubah kalender ,sehingga lebih mencerminkan agama mereka.

Setelah kejatuhan Romawi, tanggal 25 Maret (Hari Raya Kabar Sukacita) dan 25 Desember (Natal) menjadi Hari Tahun Baru yang umum. Belakangan, mulai disadari bahwa kalender Julian memerlukan perubahan tambahan karena adanya kesalahan perhitungan mengenai tahun kabisat.

Efek kumulatif dari kesalahan ini selama beberapa abad menyebabkan berbagai peristiwa terjadi di musim yang salah. Hal tersebut juga menimbulkan masalah ketika menentukan tanggal Paskah.

Paus Gregorius XIII lalu memperkenalkan revisi kalender Julian pada tahun 1582, yang disebut sebagai kalender Gregorian. Selain memecahkan masalah dengan tahun kabisat, kalender Gregorian mengembalikan 1 Januari sebagai awal Tahun Baru.

Italia, Perancis, dan Spanyol termasuk di antara negara-negara yang segera menerima kalender terbaru itu. Namun, negara-negara Protestan dan Ortodoks cukup lambat dalam mengadopsinya.

Inggris Raya dan koloninya di Amerika tidak mulai mengikuti kalender Gregorian sampai tahun 1752. Sebelum itu mereka merayakan Hari Tahun Baru pada 25 Maret.

Seiring waktu, negara-negara non-Kristen juga mulai menggunakan kalender Gregorian. Cina mulai menerapkan kalender Gregorian pada 1912, dan menjadi contoh penting, karena masih terus merayakan Tahun Baru Cina menurut kalender lunar.

Bahkan, banyak negara yang mengikuti kalender Gregorian juga memiliki kalender tradisional atau keagamaan lainnya. Ada pula beberapa negara yang tidak pernah mengadopsi kalender Gregorian, sehingga memulai tahun bukan pada 1 Januari.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*