Dies Natalis STBA LIA, Berbagi Kiat Menjadi Presenter TV, Interpreter, dan Penerjemah

Presenter TV, Permata Sari Harahap saat menjadi pembicara dalam Bincang Karir ala Podcast STBA LIA. (KalderaNews.com/y.prayogo)
Presenter TV, Permata Sari Harahap saat menjadi pembicara dalam Bincang Karir ala Podcast STBA LIA. (KalderaNews.com/y.prayogo)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Untuk memperingati Dies Natalis ke-22, Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) LIA mengadakan beberapa kegiatan pengabdian para dosennya dengan berbasis daring. Salah satu dengan menggelar Bincang Karir ala Podcast: Ngobrolin Kiat Jadi Presenter TV, Penerjemah, dan Interpreter yang diadakan Sabtu, 4 September 2021.

Bincang Karir kali ini menghadirkan tiga alumnus STBA LIA, yakni presenter Permata Sari Harahap, Interpreter Indra Damanik, dan Penerjemah Engelika Tanjung. Dosen Prodi Bahasa Inggris, Iwan Sulistiawan, M.Si didapuk sebagai moderator acara ini. Bincang Karir ini dibuka Ketua STBA LIA, Dr Siti Yulidhar Harunasari, M.Pd.

BACA JUGA:

Iwan mengatakan, dipilihnya ketiga alumni tersebut karena mereka telah cukup lama berkiprah di bidang masing-masing, sehingga penting bagi peserta acara untuk menggali pengetahuan dan pengalaman dari para narasumber sebagai bahan pertimbangan merancang masa depan.

Permata Sari Harahap berkata, menjadi presenter TV memberi dia banyak keuntungan. “Selain memberikan penghasilan finansial yang mencukupi, mewawancarai banyak orang dari berbagai kalangan turut berperan serta mengedukasi masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat,” katanya.

Mantan finalis Abang None Jakarta dan finalis Wajah Majalah Femina ini menuturkan, menjadi seorang presenter TV tidak melulu harus piwai berkomunikasi, namun juga mesti memiliki wawasan yang luas, lantaran banyak bertemu dengan orang dengan beragam latar belakang.

Senada dengan Permata Sari, Indra Damanik juga menyatakan bahwa menjadi interpreter atau juru bahasa menuntutnya terus belajar menerjemahkan dengan cepat. Karena ia harus mampu menerjemahkan bahasa narasumber secara langsung pada waktu dan tempat yang bersamaan.

“Menjadi interpreter juga harus mempelajari banyak bidang spesifik, bahkan teknis yang menjadi topik pembicaraan. Hal ini memberikan tantangan sekaligus manfaat tersendiri dalam hal bertambahnya wawasan dan pengetahuan,” paparnya.

Selain itu, Indra mengaku, dengan menjadi interpreter juga memberi kesenangan lain yang tidak mudah didapat, seperti berjalan-jalan gratis ke berbagai lokasi di dalam dan luar negeri saat mendampingi narasumber atau peserta acara di tempat-tempat tersebut. 

Sementara, Engelika Tanjung mengatakan, dirinya memutuskan menjadi penerjemah karena pekerjaan ini memberi keleluasan baginya untuk memilih waktu, kapan bekerja, dan kapan beristirahat atau melakukan aktifitas lain. Pekerjaan menerjemahkan, menurut perempuan yang biasa menerjemahkan dokumen-dokumen hukum ini, mudah dilakukan di mana saja selama koneksi internet bisa didapatkan.

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan di-share pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*