SURABAYA, KalderaNews.com – Pandemi Covid-19 yang telah berjalan 1.5 tahun ini ternyata telah berkembang dengan memunculkan banyak varian baru. Varian baru yang lebih berbahaya dan menyebar jauh lebih cepat ini menuntut penggunaan masker yang lebih efektif.
Penggunaan masker berlapis antara masker medis dan masker kain sesuai anjuran medis ternyata juga menimbulkan masalah baru untuk lingkungan. Penatalaksanaan sampah dari masker medis yang kurang tepat juga dapat menimbulkan masalah baru.
BACA JUGA:
- Yes! Temuan Baru Biosensor pada Masker Pendeteksi Virus Covid-19
- LIPI Beri Solusi Daur Ulang Limbah Masker Sekali Pakai, Begini Caranya
- Inilah Gejala Covid-19 Varian Delta dan Panduan Terbaru Pakai Masker Bagi Pelajar Agar Tidak Tertular
Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Universitas Airlangga menciptakan alternatif solusi dengan maser berfilter nanoselulosa. Nanoselulosa merupakan serat selulosa yang dapat menyaring partikel hingga berukuran nano.
PKM-K Universitas Airlangga tersebut berasal dari Fakultas Farmasi itu antara lain Alfionita Isnaini, Via Qurrota A’yun, Tarissa Sekar Ayunda, Arina Inas Maheswari, dan Salsabilla Pangesti. Lima orang tersebut mempunyai ide membuat masker kain dilapisi nanoselulosa.
Alfionita Isnaini, salah satu anggota tim mengungkapkan, “Awalnya, inovasi kita ini didasari kelangkaan masker yang sempat terjadi pada awal tahun lalu. Lalu, ditambah sekarang ada himbauan masker double untuk meningkatkan efikasi filtrasi masker.”
Masker kain yang mereka desain tersebut memanfaatkan sabut kelapa sebagai tambahan penyaring. Sabut kelapa memiliki kandungan selulosa yang bisa menyaring partikel hingga berukruan nano. Ditambah lagi saat ini sabut kelapa masih sering menjadi limbah yang terbuang percuma.
“Serabut kelapa yang telah dibersihkan, dikeringkan, lalu dihancurkan menggunakan blender dan mesin penghancur di laboratorium Farmasi. Kemudian, serabut kelapa yang telah dihancurkan akan dibuat menjadi lembaran filter,” tambah Alfionita.
Pembuatan masker nano ini diklaim memiliki efikasi filtrasi yang lebih baik dibanding dengan masker kain biasa. Dengan memakai masker yang diberi nama Masnano, kita tidak perlu mengenak dua masker secara bersamaan. Masnano mampu menyaring nanopartikel termasuk bakteri dan virus penyebab penyakit.
“Pemakaian masker bedah sekali pakai dapat dikurangi. Jadi, kita bisa memanfaatkan limbah kelapa sekaligus mengurangi limbah masker bedah sekali pakai. Kami berharap Masnano dapat membantu mengurangi penyebaran Covid-19 karena memakai filter nanofiber,” Alfionita menjelaskan keuntungan lain menggunakan Masnano.
Inovasi Masnano mendapat kesempatan dikembangkan karena lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasisa Kewirausahaan (PMK-K) dari Kemendikbud Ristek RI tahun 2021. Masnano saat ini telah tersedia dalam tiga model masker kain dan sudah dijual oleh para mahasiswa.
Paket yang tersedia yakni masker dengan filter dan paket hemat yang hanya terdiri dari filternya saja. Pemesanan Masnano ini dapat dilakukan di web desty.page/masnanoid.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan share pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply