Artificial Intelligence, Robotics, dan Otonomi: Penentu Kehidupan Manusia Saat Ini?

Mantan Mendag RI Gita Wirjawan
Mantan Mendag RI Gita Wirjawan (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

DEN HAAG, KalderaNews.com – Ada tiga konvergensi dunia digital yang berpengaruh dalam kehidupan dunia, terutama ekonomi, yaitu penggunaan artificial intelligence, robotics, dan otonomi. Hal ini terlihat secara nyata dalam perkembangan perusahaan-perusahaan di dunia, dimana yang nilai valuasinya berkembang adalah perusahaan yang mampu mengadopsi ketiga hal itu.

Hal ini disampaikan Gita Wiryawan dalam sesi keynote event Indonesian Digital Elevation Symposium (IDEAS) 2021 dengan tema “Indonesian Start-up Ecosystem” yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda pada Rabu, 14 Juli 2021. Gita melanjutkan, ke depan ekonomi dipengaruhi oleh ketiga teknologi ini. Ia menunjukkan, telah terjadi disrupsi ekonomi, bahkan di Indonesia, perusahaan yang gagal beradaptasi dengan teknologi digital kalah dengan perusahaan yang berhasil mengadopsi teknologi digital.

“Di bidang transportasi salah satu yang telah terjadi disrupsi ini, juga terjadi di bidang otomotif,” ujar Pendiri Ancora Group ini.

BACA JUGA:

Tanda lain untuk membaca arah perkembangan ini adalah fenomena bitcoin. Saat ini, nilai transaksi bitcoin di seluruh dunia bahkan sudah melampaui nilai transaksi kartu kredit.

“Ini menandakan, orang semakin nyaman bertransaksi digital, sehingga transaksi konvensional akan semakin ditinggalkan,” ujar Gita.

Fenoma Tesla juga bisa menjadi indikasi lain. Saat ini sebagai perusahaan otomotif, papar Gita, Tesla memiliki nilai kapitalisasi pasar terbesar dibanding perusahaan otomotif lain.

Berhadapan dengan fenomena ini, ia menyarankan agar pelaku ekonomi Indonesia terbuka terhadap perkembangan-perkembangan ini. Ia berharap setiap pelaku usaha terus belajar agar dapat bertahan dalam ekosistem ekonomi digital ini.

Pembicara lain, Indra Darmawan menyampaikan bahwa kelemahan perusahaan berbasis digital, misalnya market place, adalah pengenaan pajak terhadapnya. Ia mencontohkan, banyak perusahaan market place yang selama ini tidak membayar pajak sebagaimana mestinya, meskipun mereka ini telah lama beroperasi di Indonesia.

“Aturan ini sudah dibicarakan dan akan diterapkan. Kita berharap bahwa perusahaan-perusahaan ini nantinya akan membayar pajak sebagaimana mestinya,” ujar Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Investasi BKPM ini.

Sesi keynote event Indonesian Digital Elevation Symposium (IDEAS) 2021 dengan tema “Indonesian Start-up Ecosystem” yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda pada Rabu, 14 Juli 2021
Sesi keynote event Indonesian Digital Elevation Symposium (IDEAS) 2021 dengan tema “Indonesian Start-up Ecosystem” yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda pada Rabu, 14 Juli 2021 (KalderaNews/Dok.IDEAS2021)

Ekonomi digital sudah bergerak ke level yang lebih tinggi, misalnya dalam isu IPO, SPAC, Internasionalisasi, dan managing investor expectation. Keempat hal ini menunjukkan bahwa panorama ekonomi digital di Indonesia sudah berkembang.

Ia mencontohkan, isu-isu IPO dari perusahaan market place misalnya Gojek dan Bukalapak akan bernilai cukup besar dan mencetak rekor di pasar modal Indonesia. Hal ini sebenarnya akan mengundang reaksi baik dari investor dan juga dari pemerintah sebagai regulator.

“Regulator kadang belum siap untuk menyiapkan suatu regulasi yang sesuai dengan perkembangan ini.”

Pemerintah dalam hal ini, memastikan adanya peraturan yang adil untuk melindungi ekonomi di Indonesia. Untuk itu, Indra menjelaskan, pemerintah terus berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan digitalisasi ekonomi ini.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*