Mendikbud: Tidak Ada Teknologi AI yang Dapat Gantikan Guru

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim pada penutupan WINNER 2020 (26/11) (KalderaNews/Syasa Halima)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim pada penutupan WINNER 2020 (26/11) (KalderaNews/Syasa Halima)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pekan Pendidikan dan Penelitian Indonesia-Belanda atau Week of Indonesia-Netherlands Education and Research (WINNER) 2020 “Achieving the SDGs: from Knowledge to Practice” menghadirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, sebagai pembicara utama pada Kamis, 26 November 2020.

Sebagai penutup sesi, ia memaparkan pembelajaran yang ia jalankan untuk masa kerjanya di tahun 2020. Nadiem mengatakan bahwa kementerian menyadari adanya keterbatasan pembelajaran daring. Terlalu banyak daring tidak terlalu baik, bukan hanya Indonesia, tetapi juga seluruh dunia.

BACA JUGA:

“Faktanya adalah kita tidak akan pernah bisa sepenuhnya daring, terutama buat anak SD dan siswa menengah. Sebelumnya banyak sekali orang yang khawatir guru akan tergantikan oleh teknologi. Itu omong kosong, tidak akan pernah ada hal semacam itu. Memang banyak pekerjaan yang tergantikan oleh AI, tapi bukan mengajar,” tegasnya.

Ia mengatakan bahwa mengajar merupakan kegiatan interaktif yang melibatkan proses emosional, maka dari itu dibutuhkan tatap muka antara siswa dan guru. Lalu, mengajar juga butuh kepercayaan, kepedulian, dan keamanan. Hal tersebut yang sangat sulit diganti oleh sistem daring.

“Kedua, kita tidak pernah melihat level eksperimental dari sebuah teknologi untuk para guru, orang tua, dan siswa. Itu fenomena yang luar biasa karena kami belum pernah melihat banyak sekali yang tersandung, belajar untuk pertama kalinya cara menggunakan tools karena dipaksa oleh keadaan. Bagi orang yang merasa teknologi menakutkan, kini belajar untuk adaptasi,” ujarnya.

Lalu pembelajaran ketiga yaitu konsep orang tua menjadi guru. Ini pembelajaran yang paling penting secara personal bahwa mengajar tidak semudah yang dikira. Pandemi mengubah pola pikir secara personal bahwa banyak yang harus dikerjakan oleh orang tua. Kesuksesan belajar anak bergantung pada keterlibatan orang tua di dalamnya.

“Bahwa saya juga orang tua yang harus mengajarkan anak di rumah. Sebelum pandemi, saya menyadari saya kurang terlibat dengan anak, lalu peran sebagai orang tua juga dirasa kecil, semudah itu mengatakan bahwa mengajar adalah tugas sekolah dan saya tidak terlalu khawatir,” ucapnya.

Dilema Nadiem sebagai Menteri dan orang tua membuatnya ikut belajar cara mengajar anak. Ia tidak memungkiri bahwa ia tertatih untuk mengajar anakya sendiri.

“Saya sebagai orang tua belajar cara mengajar anak, saya merasa tertatih untuk mengajar anak sendiri. Konsep orang tua sebagai guru merupakan pembelajaran besar bagi saya, baik personal maupun sebagai menteri,” ujarnya saat webinar.

Terakhir, pandemi menunjukkan celah yang begitu besar di Indonesia. Masih banyak daerah yang belum terhubung ke digital. Dengan begitu, pembelajaran daring di Indonesia belum sepenuhnya maksimal.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*