Münsterbasilika St. Martin: Keheningan dalam Keramaian Duniawi

Münsterbasilika St. Martin (Foto: www.bilderbuch-bonn.de)
Sharing for Empowerment

BONN, KalderaNews.com – Kota Bonn, Jerman memiliki rajutan ceritera iman tersendiri dalam kaitan dengan permenungan iman Katolik dewasa ini. Kota Bonn mempunyai daya tarik tersendiri bagi para peziarah dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari Asia Tenggara. Maka tak mengherankan, jika kota Bonn juga menjadi tujuan utama agen-agen wisata rohani di Eropa. Di kota inilah terdapat bangunan gereja tua warisan abad XI-XIII yang dikenal dengan Münsterbasilika St. Martin atau Katedral Basilika St. Martin. Sudah sejak abad XIII Münsterbasilika St. Martin ini dijadikan lambang kota Bonn karena kemegahan seni arsitekturnya.

Münsterbasilika St. Martin disebut juga gereja kota karena memang letaknya di pusat perbelanjaan kota Bonn. Bangunan tua ini berdiri kokoh di antara bangunan-banguan modern seperti supermarket, restoran, bank dan perkantoran tanpa ada pagar pembatas sedikit pun. Meski demikian, bangunan gereja tua ini tidak kehilangan daya tariknya. Dengan empat menara yang menjulang tinggi melebihi bangunan-bangunan modern, ia tetaplah paling megah di antara bangunan-bangunan yang lain.

BACA JUGA:
Sensasi Cave Tubing di Goa Pindul dan Sungai Oyo di Gunungkidul
Senandung Rayuan Pulau Belitung
Dengarlah, Irama Pasir Berbisik di Gunung Bromo

Setiap harinya halaman Münsterbasilika St. Martin banyak dilalui orang-orang yang berangkat kerja, sekolah, kuliah maupun belanja. Banyak pula di antara mereka yang singgah sejenak di rumah Tuhan untuk memperoleh ketentraman batin atau sekadar curhat sama Tuhan atas kehidupan yang dialaminya. Begitu pula bagi mereka yang beragama lain ataupun yang tidak beragama, setidaknya mereka memperoleh kesegaran baru setelah memasuki dunia keheningan di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota dan persaingan hidup yang ketat.

Münsterbasilika St. Martin 
dari kejauhan (KalderaNews/Johanes S)

Memang, situasinya lantas benar-benar terasa sangat kontras tatkala KalderaNews masuk di Münsterbasilika St. Martin ini. Di luar kita mendapati keriuhan orang-orang yang berjalan lalu-lalang, di dalam gereja ini kita mendapati keheningan. Suara-suara dari keramaian di luar tidak terdengar sama sekali. Penulis pun menjadi kagum, lalu hanyut dalam keheningan.

Di hadapan kita sekarang terpampang karya seni lukis dan arsitekteur yang menakjubkan. Perpaduan harmonis elemen-elemen dasar warisan seni zaman Romantik dan Gotik yang jarang ditemukan di Eropa. Pada umumnya bangunan gereja di Eropa bermotif Romantik atau Gotik saja.

Kehadiran seni ternyata memberikan rasa aman dan nyaman untuk tetap tinggal di rumah Tuhan, untuk berbicara dengan-Nya dan meminta tuntunan-Nya. Dalam kegaguman dan keterpakuan akan keindahan karya cipta, kita menjadi sadar akan kebesaran Tuhan melalui tangan-tangan manusia yang terpampang jelas di langit-langit Münsterbasilika St. Martin ini.

Keheningan batin memang menjadi salah satu syarat bagi kita dalam berdoa. Keheningan ruangan yang direpresentasikan Münsterbasilika St. Martin ini, semakin memudahkan kita berkomunikasi dengan Tuhan, memudahkan pula bagi kita untuk memperoleh rahmat keheningan batin. Yesus sendiri telah memberikan teladan. Apabila Dia berdoa, Dia memilih tempat yang sunyi yaitu di atas bukit yang sunyi ( lih. Mat 14 : 23; Mrk 6:46;Luk 22: 39-40). Münsterbasilika St. Martin menawarkan bukit keheningan bagi orang-orang modern yang dikejar-kejar keramaian duniawi.

Sejarah dan Kemartiran

Santo Cassius dan Florentius adalah tanda awal keberadaan umat Katolik di  kota Bonn, Jerman. Kedua santo ini adalah dua tentara Romawi yang mati sebagai martir pada abad III Sesudah Kristus. Sayang, riwayat hidup mereka tidak banyak diketahui. Keduanya diperkirakan termasuk dalam kelompok tentara persatuan Romawi yang khusus melayani orang-orang kristiani. Mereka menumpahkan darah kemartirannya karena mereka tetap setia pada iman kritiani dan tidak mau menyembah kepada kaisar Maximianus Herculis. Atas perintah Kaisar inilah mereka dibunuh.

Relikui di Krypta atau gereja kecil bawah tanah (KalderaNews/Johanes S)

Pada tahun 400 Sesudah Kristus diatas kubur kedua martir ini dibangun sebuah gereja kecil dengan nama pelindung St. Helena dengan sebuah gang jalan salib yang sangat indah, yang masyur disebut dengan karya arsitektur sakral yang mahaindah bagai permata.

BACA JUGA:
Sensasi Cave Tubing di Goa Pindul dan Sungai Oyo di Gunungkidul
Senandung Rayuan Pulau Belitung
Dengarlah, Irama Pasir Berbisik di Gunung Bromo

Pada pertengahan abad XI bangunan gereja ini diperluas menjadi 70×30 meter karena semakin banyak orang yang dibabtis menjadi katolik, tanpa merombak sedikit pun gang jalan salib. Atas perintah petinggi gereja Gerhard dari Are, pada pertengahan abad XII gereja ini di direnovasi dengan tetap mempertahankan gang jalan salib yang merupakan satu-satunya gang jalan salib bermotif zaman Romantik yang berada di wilayah bagian utara dari pegunungan Alpen. Bangunan tua bernilai historis ini juga menjadi saksi pemahkotaan 2 raja: 1314 pemahkotaan Raja Friedrichs dan 1346 pemahkotaan Raja Karls IV. Setelah melalui diskusi dan pembicaraan yang cukup matang pada abad XIX Gereja mengganti nama pelindung gereja dengan St. Martin. Sejak itu rumah Tuhan itu disebut Münsterbasilika St. Martin atau Katedral Basilika St. Martin.

Heningnya Keheningan 

Keheningan semakin terasa mencekam, ketika memasuki Krypta ( gereja kecil bawah tanah ) yang berada tepat di bawah Altar dari gereja utama. Di sinilah di semayamkan relikui Santo Cassius dan Florentius dalam peti relikui, yang diletakkan di atas altar kecil sejak tahun 1166 oleh Gerhard dari Are. Di gereja kecil inilah keheningan tetap terjaga. Di dalam gereja kecil ini pengunjung diminta dengan sangat untuk menjaga silentium. Ini adalah tempat doa. Pengunjung dalam kelompok besar tidak diperbolehkan masuk. Ini adalah tempat doa pribadi.

Para peziarah di Münsterbasilika St Martin (KalderaNews/Johanes S)

Di Krypta inilah Sakramen Mahakudus ditahtakan setiap harinya mulai pukul 09.30 pagi – 18.00 sore. Setiap menit selalu saja ada pengunjung yang menyempatkan diri berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus.

Bagi pengunjung yang ingin mengaku dosa, pastor Wilfried Schumacher, Gregor Platte dan Sebastian Fusser selalu siap sedia di kamar pengakuan pada jam-jam yang telah ditentukan yaitu Senin-Jumát pukul 16.00 – 17.45 dan hari Sabtu pukul 11.00 – 13.00 dan 16.00-17.00. Banyak umat dan pengunjung yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan terbuka umat mengaku dosanya dan meminta tuntunan serta wejangan dari pastor, demikian ungkap pastor kepala Wilfried Schumacher.

Tempat Hening untuk Berdoa

Münsterbasilika St. Martin adalah tempat doa umat Tuhan, yang terdiri dari umat paroki dan peziarah atau pengunjung.  Tempat doa yang sangat hening, berbeda dengan katedral-katedral lain di Eropa yang telah dikomersialisasikan. Tempat ini menawarkah keheningan, bukan kegaduhan. Hiruk-pikuk pengunjung yang hanya sekadar ingin menikmati karya seni jarang kita lihat.

Memasuki Münsterbasilika St Martin adalah perjalanan peziarahan batin umat beriman menimba kekuatan baru dari  sumber hidup Tuhan Yesus. Ziarah batin umat beriman dalam keheningan. Berhenti sejenak dari segala aktivitas duniawi lalu merefleksikan hidup yang sesak dan penat oleh keramaian kota. (JS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*