Oleh: Paula Maldine Febrafarenti dan Angelina Nawang Wahyu Wijayanti, Mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Sebutan Generasi Z (Gen Z) atau generasi pascamilenial kini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat luas. Julukan ini diberikan kepada anak-anak yang lahir dalam rentang waktu tahun 1995 hingga 2010.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2023, sebagian besar penduduk Indonesia ini merupakan Generasi Z dengan jumlah kurang lebih 74,93 jiwa atau sekitar 27,94% populasi.
Gen-Z ini lebih memilih media sosial sebagai media untuk mengakses informasi. Rata-rata mereka menggunakan internet selama lebih dari 6 jam/hari dengan persentase mengakses gawai kurang lebih 90% untuk kebutuhan fashion, >90% gen z membeli produk di mall, pusat belanja, dan pasar, sedangkan untuk kuliner yang paling banyak dipilih oleh gen z adalah resto-resto cepat saji.
BACA JUGA:
- Project Based Learning sebagai Alternatif Pembelajaran Alih Wahana Teks Bahasa Indonesia
- KKN Tematik UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dukung Sertifikasi Halal UMK
- Mengatasi Tantangan dalam Pengembangan Karakter di Era Digital
Berdasarkan ciri di atas, terlihat bahwa gen z memiliki hubungan yang cukup erat dengan teknologi. Bagi mereka, internet atau teknologi mampu mempermudah kehidupan mereka.
Era digitalisasi saat ini ditandai adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat. Kemajuan teknologi itu membawa dampak pada berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Generasi Z saai ini sudah terbiasa dengan pengunaan gawai dalam kesehariannya.
Menyikapi hal tersebut, guru dituntut memiliki kemampuan belajar yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Guru perlu mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
Pengintegrasian Teknologi
Pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran menjadikan proses pembelajaran lebih menarik, kreatif, dan memberikan peluang bagi peserta didik untuk mencari sumber informasi yang lebih luas.Selain itu, penggunaan teknologi diharapkan dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) khususnya Pengelolaan Pembelajaran (PP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menjadi kegiatan yang dilakukan mahasiswa/i calon guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dan mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran.
Teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMA Stella Duce 1 Yogyakarta seperti powerpoint yang dibuat dengan aplikasi Canva karena memiliki berbagai elemen yang menarik, situs website Wordwall untuk membuat gim yang berkaitan dengan materi, tayangan video berupa cuplikan film cerita sejarah dan video sejarah yang digunakan dalam pembelajaran teks cerita sejarah.
Mengulas materi pembelajaran dengan kuis interaktif menggunakan Quizizz ataupun Kahoot. Penyampaian materi dengan powerpoint menjadi salah satu cara dan metode dengan memanfaatkan teknologi.
Tujuan pemanfaatan teknologi dalam presentasi untuk mengakomodir elemen indra siswa baik audio, visual, maupun audiovisual. Situs website Wordwall yang dimanfaatkan untuk membuat gim dalam pembelajaran memiliki banyak fitur seperti mencari kata, teka-teki silang, anagram, melengkapi kalimat, dsb. Guru menggunakan Wordwall sebagai pemantik untuk memulai pembelajaran.
Gim yang dibuat harus disesuaikan dengan kata kunci pada materi yang akan diajarkan sehingga siswa mampu menemukan dalam gim tersebut.
Evaluasi sederhana dilakukan dengan menggunakan Quizizz ataupun Kahoot sehingga meningkatkan konsentrasi siswa. Adanya cuplikan film cerita sejarah dan video sejarah dapat memudahkan siswa untuk membedakan antara teks cerita sejarah dengan teks sejarah.
Media di atas mampu membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggabungkan unsur gambar, teks, dan animasi.
Melihat variasi media yang dipakai dalam pembelajaran menunjukkan mampu memicu ketertarikan siswa dalam mempelajari materi yang hendak disampaikan oleh guru.
Pada pembahasan sebelumnya dijelaskan bahwa media yang dipakai pada pembelajaran berupa cuplikan dari film cerita sejarah. Hasil karya dari media pembelajaran tersebut adalah pembuatan peta konsep (mind mapping).
Peta konsep tersebut dapat disusun oleh siswa sebagai bentuk pemahaman mereka mengenai materi yang telah dipelajari bersama. Peta konsep dipilih sebagai tugas atau output siswa karena cukup mudah dibuat oleh siswa, terlebih jika mereka menggunakan teknologi seperti penggunaan aplikasi canva.
Peta konsep ini hanya berisi poin-poin dari pertanyaan yang diberikan oleh guru mengenai materi yang dibahas. Poin-poin tersebut dapat berupa informasi penting dari materi, contohnya pada pembahasan ini mengenai teks cerita sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Ike (2018). Memahami Generasi Z Lebih Dekat. Diakses melalui: https://pbi.uii.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Presentasi-Materi-Generasi-Z-PBI-UII-Vian-Ike.pdf)
Badan Pusat Statistik (https://www.bps.go.id/id)
Nasution, A. K. P. (2020). Integrasi media sosial dalam pembelajaran generasi z. Jurnal Teknologi Informasi Dan Pendidikan, 13(1), 80-86.
Prasetyo, R. H., Asbari, M., & Putri, S. A. (2024). Mendidik generasi z: Tantangan dan strategi di era digital. Journal of Information Systems and Management (JISMA), 3(1), 10-13.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply