JAKARTA, KalderaNews.com – Cuaca panas dirasakan awal musim hujan ini. BMKG prediksi bahwa awal musim hujan di Indonesia mulai September – November 2024.
Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani menyatakan, prediksi awal musim hujan masih sangat bervariasi.
Untuk wilayah selatan Indonesia, mulai dari Sumatera selatan hingga Nusa Tenggara Timur (NTT), awal musim hujan diperkirakan pada dasarian pertama Oktober sampai dasarian ketiga November.
BACA JUGA:
- Wow, Ada Gerhana Matahari Cincin, Berikut Daftar Fenomena Astronomi Oktober 2024
- Viral Fenomena “Bulan Kembar” di Media Sosial, Berikut Penjelasan Peneliti BRIN
- BMKG: Awal Musim Hujan Tidak Bersamaan, Berikut Prediksinya!
Dasarian merupakan satuan waktu meteorologi yang terdiri dari 10 hari.
Dalam satu bulan, dibagi menjadi 3 dasarian, yaitu dasarian pertama tanggal 1 sampai 10; dasarian kedua tanggal 11 hingga 20; dan dasarian ketiga tanggal 21 sampai akhir bulan.
Cuaca panas karena peralihan musim
Kata Ida, cuaca panas di beberapa wilayah Indonesia, terutama siang hari, disebabkan masa peralihan musim kemarau ke musim hujan.
“Ciri khas masa peralihan musim kemarau dan musim penghujan adalah cuaca terik di siang hari yang disertai dengan hujan pada sore jelang malam,” katanya.
Meski begitu, beberapa wilayah lain di Indonesia telah memasuki musim penghujan lebih awal seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat.
Hal senada dikatakan Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani.
Menurutnya, cuaca terik dan panas di beberapa wilayah Indonesia adalah ciri khas masa peralihan musim.
Biasanya cuaca panas terjadi pada pagi sampai siang hari, diikuti dengan peluang turun hujan pada sore atau malam.
Hujan pada masa peralihan ini bersifat tidak merata, dengan intensitas sedang hingga lebat dalam waktu singkat.
Gerak semu Matahari ke selatan ekuator
Sementara, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengumumkan bahwa posisi Matahari bakal berada di atas Pulau Jawa mulai 8-14 Oktober 2024.
Fenomena ini terjadi karena sumbu rotasi Bumi yang miring 66,6 derajat terhadap ekliptika.
Maka dampaknya, fenomena ini menimbulkan suhu di permukaan Bumi pada siang hari akan maksimal.
Gerak semu Matahari saat ini sedang berada di sebelah selatan ekuator. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia di selatan ekuator mendapatkan penyinaran Matahari relatif lebih tinggi.
Memang, fenomena ini bukanlah menjadi satu-satunya penyebab udara terasa panas.
Faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah.
Kondisi ini diprediksi bakal dirasakan sepanjang Oktober 2024.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply