Oleh: Lourentia Elin Permata, M.Pd.Si, Kepala Divisi Pendidikan Wilayah Bengkulu
” Hidup yang tidak di refleksikan, tidaklah layak untuk dijalani. Hidup yang tidak di refleksikan adalah hidup seperti robot : tanpa makna “ (Socrates)
BENGKULU, KalderaNews.com – Refleksi adalah cara berpikir tentang apa saja yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, peserta didik mengendapkan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya (Trianto, 2007).
Refleksi hendaknya dilakukan melalui suatu tahapan yang berurutan atau sistematis (Sanjaya, 2008). Pada akhirnya refleksi sebenarnya bertujuan mengantar seseorang menuju kedalaman hidup beriman serta menyadari campur tangan dan penyertaan Tuhan dalam hidup dan peristiwa sehari – hari yang dialaminya (Drost, 1999).
Refleksi pembelajaran menjadi sebuah pola yang mengintegrasikan pemahaman masalah dunia, kehidupan dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses terpadu, sehingga nilai-nilai kemanusiaan muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik. Refleksi pembelajaran mengantar peserta didik menuju kedalaman hidup beriman, yaitu relasinya dengan Tuhan (aspek vertikal) dan dengan sesama manusia (aspek horizontal).
BACA JUGA:
- Mengatasi Tantangan dalam Pengembangan Karakter di Era Digital
- Pengembangan Karakter Peserta Didik
- Gen Z: Tidak Penting Gimmick dalam Komunikasi Politik!
Proses refleksi perlu memperhatikan unsur – unsur subyektif dan obyektif agar refleksi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Berikut penjabaran singkat mengenai unsur subyketif dan obyektif dalam refleksi :
Penerapan refleksi pembelajaran tidak dapat lepas dari hakikat, pemahaman konsep dan tahapan dari refleksi. Pentingnya pemahaman tahapan refleksi akan membantu guru memimbing siswa melakukan refleksi secara mendalam karena dilakukan secara sistematis. Berikut tahapan dalam berefleksi beserta deksripsi dan panduan pertanyannya :
Keberhasilan penerapan refleksi pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: keteladanan dan kecakapan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran di kelas, keharmonisan relasi guru dengan peserta didik, didukung oleh lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif serta dukungan dari seluruh elemen komunitas sekolah.
Peran guru menjadi penting karena menjadi pencapaian berharga bagi seorang guru saat mampu membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya dan akhirnya menjadi seseorang yang “lebih besar” daripada gurunya. “ Ia harus makin besar, dan aku harus makin kecil ” (Yohanes 3:30).
Refleksi tidak cukup hanya ditulis, kemudian ditanggapi oleh peserta didik, orangtua atau guru dalam evaluasi. Hasil refleksi juga perlu dikomunikasikan kepada sesama siswa, dan juga antara guru dengan peserta didik. Bentuk – bentuk pengungkapan hasil refleksi antara lain:
a). Pernyataan lisan peserta didik secara langsung
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling sederhana bagi peserta didik. Guru dapat membantu peserta didik melaksanakan tahapan refleksi melalui pertanyaan – pertanyaan panduan.
b). Sharing dalam kelompok
Bentuk ini merupakan bentuk yang paling menarik dan efektif, karena peserta didik dapat saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain berdasarkan hasil refleksi mereka.
c). Unjuk karya
Pengungkapan refleksi dalam bentuk unjuk karya menjadi bentuk yang menarik bagi peserta didik usia sekolah dasar. Dalam unjuk karya, peserta didik dapat memvisualisasikan hasil refleksi mereka melalui cara-cara kreatif sesuai bakat/minat mereka.
Guru memfasilitasi siswa dengan menyiapkan beberapa pilihan bentuk visualisasi, seperti drama,puisi, musikalisasi puisi, simbolisasi, menyanyi, dan lain lain. Cara ini akan menjadi sebuah peristiwa yang membekas dan diingat dalam jangka waktu yang lama oleh peserta didik, karena dari hasil unjuk karya antar peserta didik juga saling meneguhkan dan akan menimbulkan motivasi yang kuat dalam diri mereka.
Pada akhirnya, sekolah, guru dan peserta didik perlu membuat komitmen bersama untuk melaksanakan refleksi pembelajaran secara konsisten, mengingat pentingnya berefleksi. Refleksi menjadi bagian penting dalam pembelajaran supaya pengetahuan, kepribadian, dan iman kita semakin berkembang ke arah yg lebih baik, luhur dan mendalam.
Dengan berefleksi, kita mampu merenungkan pengalaman secara menyeluruh dari segi pengetahuan, perasaan, kemauan, dan iman untuk mencari kebenaran yang lebih dalam. Melalui refleksi, peserta didik tidak hanya sekedar mengerti pengetahuan, namun juga sampai pada kesadaran berbuat sesuatu yang bermanfaat dari pengetahuan tersebut.
Refleksi menjadi salah satu solusi bagi fenomena FOMO (Fear of Missing Out), perundungan, bahkan bunuh diri di kalangan remaja, karena refleksi menjadi sarana yang baik pagi pengelolaan emosi.
Refleksi yang dilakukan dengan benar (sesuai tahapan) dan konsisten, akan membantu peserta didik mengalami transformasi ilmu menjadi value dalam dirinya, karena sejatinya manusia bukan bernilai dari banyaknya ilmu, namun dari besarnya value yang dimiliki. Selamat Berefleksi, Selamat menemukan nilai diri!
Sumber:
Drost, J. 1999. Pedagogi Ignasian. Jakarta: Grasindo.
Prayoto, Y.H. 2014. Jurnal: Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR): Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Dalam Dunia Pendidikan.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto. 2007. Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply