YOGYAKARTA, KalderaNews.com – 12 santri SMA dan Pesantren Bumi Cendekia Yogyakarta jalani program live in Jepang yang jadi bagian program tahunan pendidikan.
Sebanyak 12 santri dari SMA dan Pesantren Bumi Cendekia Yogyakarta akan menjalani program Live In di Jepang selama dua minggu, 11 – 23 September 2024. Program ini adalah kerjasama antara SMA dan Pesantren Bumi Cendekia dengan Great Indonesia, NICE Japan, dan PCINU Jepang.
Para santri berangkat dari Pesantren Bumi Cendekia, Sleman, Yogyakarta, pada Selasa pagi, 10 September 2024, pukul 07.00 WIB.
BACA JUGA:
- Edufair Plus Parenting SMA Tarakanita Magelang, Sinergi Sekolah-Keluarga Persiapkan Studi Lanjut Peserta Didik
- Tarakanita Bengkulu Rawat dan Jaga Alam Lewat Aksi Bersih Pantai Berkas
- Jalani KKN Internasional di Arab Saudi, 15 Mahasiswa UMY Inisiasi Majalah Dinding Virtual di 3 SILN
12 santri jalani 6 program di Jepang
Selama di Jepang, para santri menjalankan beberapa program.
Pertama, dialog bersama siswa Suginami School di Tokyo, di mana para santri berbagi pengalaman pendidikan dan budaya dengan siswa setempat.
Kedua, melakukan kunjungan ke KBRI di Jepang, untuk memahami kehidupan diaspora Indonesia di Jepang.
Ketiga, menjalani kegiatan sosial di Pesantren NU Ibaraki (PCINU Jepang), di mana para santri belajar pengelolaan pesantren di lingkungan negara non-muslim.
Keempat, konservasi Hutan dan Pertanian di Tochigi, memperkenalkan santri pada cara-cara merawat lingkungan dan sumber daya alam di Jepang.
Kelima, hidup bersama warga Jepang di Yokohama, sebuah pengalaman unik untuk memahami kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang dari dekat.
Terakhir, kunjungan ke tempat-tempat bersejarah dan menarik di Jepang, sebagai bagian dari pembelajaran budaya dan sejarah.
Ahmad Nashriel Haafed salah satu santri sekaligus siswa yang ikut program Live In di Jepang merasa terharu bisa menjadi bagian dari program ini.
Untuk bisa mengikuti program Live in Jepang, Nashriel menuturkan bahwa ia dan teman-temannya sudah menyiapkan paspor, visa, dan tiket pesawat jauh-jauh hari.
Ia dan sebelas temannya juga senang karena bisa mendapat pembekalan dari dosen Sastra Jepang FIB UGM.
Bahkan, ia dan teman-temannya juga belajar fiqih minoritas agar bisa bijak dalam menyikapi keadaan selama berada di Jepang.
‘Live In’, pembelajaran santri setiap tahun ajaran
Ubaidillah Fatawi, Kepala SMA dan Pesantren Bumi Cendekia mengungkapkan, program Live In diterapkan sebagai bagian dari proses pembelajaran santri setiap tahun ajaran.
Pada tahun pertama ‘Live in’, sekolah sekaligus pesantren tersebut fokus pada konservasi misalnya bunga anggrek, penyu, brung hantu, dan lainnya.
Kemudian di tahun kedua, program lebih berorientasi pada profesi, misal ‘Live In’ bersama keluarga peternak, perajin atau karyawan media elektronik sehingga santri memahami seseorang menjalani hidup dengan profesi masing-masing.
Kemudian di tahun ketiga, program ‘Live in’ ini mencoba untuk berorientasi pada traveling, baik lokal maupun internasional.
“Tahun ketiga ini kita coba live in ke Jepang. Mengapa dipilih Jepang, salah satu faktor karena background kulturnya berbeda dengan Thailand, Filipina, Malaysia, ataupun Kamboja. Selain itu, juga ada jejaring dengan PCINU di Jepang dan lembaga voluntir lainnya,” papar Ubaidillah.
Selain 12 santri yang tinggal di Jepang, ada juga 5 santri yang ikut program Live In di Desa ledok, Ombo, Jember, Jawa Timur selama 12 hari.
Di sana kelima santri akan belajar dan bekerja sama dengan komunitas Tanoker untuk memberdayakan anak-anak Migran melalui program literasi, permainan edukatif, outbound, dan belajar dengan Pesantren Kopi.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply