Inspirasi 25 Tahun Cikal, Berangkat dari Pengalaman Seorang Ibu

Najeela Shihab, Pendiri Sekolah Murid Merdeka (SMM). (Ist.)
Najeela Shihab, Pendiri Cikal dan Sekolah Murid Merdeka (SMM). (Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pada tahun 2024 Cikal resmi menjadi institusi pendidikan dan komunitas pelajar sepanjang hayat yang telah bertumbuh selama 25 tahun. Di usia 25 tahun Cikal telah bertumbuh, Najelaa Shihab, pendiri Cikal, menceritakan kilas balik inspirasi dan impiannya tentang Cikal di dalam waktu-waktu mendatang.

Ia mengungkapkan bahwa pendirian Cikal sebagai lembaga pendidikan bermula dari pengalamannya sebagai seorang ibu dan juga sebagai seorang pendidik muda yang ingin menemukan lembaga pendidikan yang sejalan dengan tujuan pengasuhan di rumah.

“Aku mendirikan Cikal sebetulnya setelah punya pengalaman di Universitas Indonesia. Saat itu aku jadi staf pengajar di Universitas Indonesia dan dalam konteks personal aku juga sudah jadi ibu di usia yang muda, sehingga berangkat dari pengalaman menjadi ibu, aku mencoba mencari lembaga pendidikan yang kira-kira tujuan pendidikannya sesuai dengan tujuan pengasuhan untuk anakku,” ungkapnya.

BACA JUGA:

Dalam pencariannya kala itu, ternyata ia tidak menemukan lembaga yang sesuai dengan tujuan pengasuhannya, sehingga ia pun menginisiasi “Cikal” yang bertujuan untuk menumbuhkan potensi-potensi terbaik dari dalam diri anak dan dalam proses pendidikan anak pun akan melibatkan semua pihak, tak hanya orang tua saja, atau guru di sekolah saja.

“Jadi, inspirasi utamanya bagiku itu sebetulnya karena engga pengen sekolah itu dianggap cuma tempat anak-anak belajar, tetapi memang tempat semua kita yang ada di komunitas itu sama-sama belajar, sama-sama bertanggung jawab dan mempraktikan hal-hal yang memang penting diteladani oleh anak-anak kita dan pada akhirnya menumbuhkan potensi-potensi terbaik dari anak-anak kita,” tegasnya.

Komunitas Pelajar Sepanjang Hayat

Najelaa Shihab menjelaskan bahwa proses pendidikan di Cikal adalah proses belajar yang memusatkan segala aktivitasnya pada anak sebagai subjek dari pembelajarannya.

“Bagi saya, sekolah tidak otomatis sama dengan belajar. Di Cikal, kita percaya bahwa anak adalah subjek dalam proses belajarnya, maka tak ada cara selain menghadapi kompleksitas dan tantangan pendidikan justru dengan memulainya dari cita-cita pertama untuk menumbuhkan kemerdekaan belajar bagi anak dan melakukannya dengan cara awal yakni memanusiakan hubungan.” tuturnya.

Ia bahkan juga menambahkan bahwa mengingat Cikal sejak berdiri menyebutkan diri sebagai komunitas pelajar sepanjang hayat maka dalam proses pelaksanaannya pun banyak kolaborasi dan keterkaitan antara berbagai pihak, baik itu guru, orang tua, sekolah, dan lainnya.

“Sejak awal Cikal berdiri, kami meyakini juga bahwa proses pendidikan adalah proses sosial yang terjadi tidak semata di ruang kelas yang terisolasi atau di satuan lembaga yang terpisah dari ekosistem masyarakatnya. Kami punya kesadaran penuh bahwa ada interdependensi antara satu hal yang dilakukan oleh satu aktor di satu ruang yang akan memengaruhi capaian peran-peran lainnya di lingkungan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*