Parah, Baru Diluncurkan Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra di Sekolah Sudah Ditarik Kemendikbudristek

Ilustrasi: Mengenalkan buku kepada anak. (Ist.)
Ilustrasi: Mengenalkan buku kepada anak. (Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Lagi-lagi, Kemendikbudristek bikin blunder. Kali ini, Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra di sekolah yang baru diluncurkan ditarik untuk direvisi.

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra sendiri merupakan buku yang dijadikan panduan dalam program Sastra Masuk Kurikulum.

Namun, panduan tersebut justru dinilai mengandung sejumlah persoalan. Program belum dimulai, tapi sudah menimbulkan masalah. Parah sih kalo ini!

BACA JUGA:

Buku panduannya ditarik Kemendikbudristek

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo membenarkan bahwa buku panduan tersebut telah ditarik dan direvisi.

“Pada 22 Mei kami tarik. Jika ada yang memiliki versi digital buku panduan tersebut, kami minta agar tidak digunakan dan tidak disebarkan lebih lanjut,” katanya.

Padahal buku tersebut baru diluncurkan pada 20 Mei 2024. Hanya selang 2 hari, buku sudah ditarik kembali.

Anindito mengatakan, saat ini belum ada pengiriman buku panduan atau karya-karya sastra ke sekolah.

Ia juga memastikan, tak ada kewajiban bagi guru menggunakan karya-karya yang ada dalam daftar rekomendasi.

Semua perangkat yang dibuat dalam program Sastra Masuk Kurikulum, mulai dari daftar buku, panduan, hingga contoh modul ajar adalah alat bantu guru yang bersifat opsional dan dinamis.

Selain itu, tentang muatan yang dipertanyakan pada beberapa karya hasil rekomendasi tim kurator, menurut Anindito, perlu dibaca secara utuh.

“Tim kurator pasti memiliki pertimbangan yang matang ketika mengusulkan judul-judul tersebut,” kata Anindito.

Tim kurator yang dibentuk Kemendikbudristek terdiri dari sastrawan, akademisi, serta guru.

Mereka yang mengusulkan atau membuat rekomendasi karya sastra yang bisa menjadi bahan ajar untuk capaian pembelajaran dan elemen karakter dalam profil pelajar Pancasila di SD, SMP, dan SMA.

Ada yang mengandung kekerasan fisik dan seksual

Sementara, Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Nonformal (Dikdasmen PNF) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menilai buku-buku sastra yang direkomendasikan ada yang mengandung kekerasan fisik dan seksual.

Pun buku-buku yang direkomendasikan ada yang memuat perilaku hubungan menyimpang yang tak sesuai dengan norma agama dan kesusilaan.

“Ini tentu kontra produktif dengan penguatan pendidikan karakter yang sedang digalakkan,” ujar Wakil Ketua Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah, Alpha Amirrachman.

Dia mengatakan, buku-buku sastra yang direkomendasikan itu berpotensi memberikan pemahaman yang keliru bagi anak-anak, terutama etika dan perilaku dalam hubungan antarmanusia yang pantas dan beradab.

“Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah mendesak Kemendikbudristek berhati-hati membuat kebijakan dan mengonsultasikan secara luas dengan para pemangku kepentingan pendidikan yang relevan,” saran Alpha.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*