JAKARTA, KalderaNews.com – Studi Programme for International Student Assessment atau Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) 2022 memperlihatkan skor PISA Indonesia menurun, meskipun secara peringkat mengalami kenaikan.
Menyentil soal penurunan Skor PISA, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemdikbudristek RI, Anindito Aditomo, S.Psi., M.Phil.,Ph.D. menegaskan pendidikan Indonesia memang tidak fokus ke kualitas.
“Kalau bicara PISA kita sudah bicara soal kualitas. Kualitas itu bicara tentang apa yang diperoleh dari proses selama di sekolah. Dalam hal kualitas sayangnya harus kita akui masih banyak yang harus diperbaiki. Dalam 20 tahun terakhir kita mengalami yang namanya krisis belajar. Banyak anak yang di sekolah tidak belajar melampaui ketrampilan dasar,” tegasnya di acara Sampoerna University Bright Future Talks 2024 bertajuk “Transformasi Pendidikan Indonesia” pada Rabu, 17 Januari 2024.
BACA JUGA:
- Skor PISA 2022 Siswa di Singapura Paling Tinggi, Indonesia Boleh Meniru Nih!
- Jangan Bangga, Peringkat Indonesia di PISA 2022 Naik, Tapi Skornya Tetap Saja Menurun
- Jumlah Lulusan S2-S3 Punya Rasio Sangat Rendah, Presiden Jokowi Janjikan Hal Ini
Acara juga dihadiri Christianus I Wayan Eka Budiartha selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Sampoerna University dan Pemerhati Pendidikan, Doni Koesoema.
Anindito berdalih pembangunan manusia Indonesia dalam 20 tahun terakhir setelah UU Sisdiknas 2003 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) pemerintah 2005-2025, termasuk pendidikan, difokuskan pada penyediaan akses persekolahan dan bukan kualitas.
“Indikator RPJP pemerintah 2025 yang dipakai untuk menilai kinerja pembangunan itu bukan soal kualitas pendidikan. Yang dipakai adalah hal-hal seperti harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, berapa angka partisipasi hingga berapa anak yang ada dalam sistem persekolahan. Jadi Indikatornya mencerminkan prioritas sebelumnya. Dalam hal penyediaan akses kita cukup berhasil.”
Ia pun menegaskan pemerintah bukan tidak berbuat apa-apa. Investasi pendidikan cukup besar dan hal ini tercermin dari partisipasi pendidikan di Indonesia.
“SD hampir 100%, SMP hampir 100% dan SMA 80%. 20 tahun yang lalu anak usia 15 tahun yang ada di sekolah cuma 35% persen. Kalau ada 10 anak usia 15 tahun, itu hanya 3/4 yang ada di sekolah, yang lainnya tidak sekolah. Sekarang 85%. Jadi 8-9 anak dari 10 anak kini ada di sekolah.”
Ia pun menegaskan program wajib belajar dan berbagai beasiswa berhasil memboyong anak-anak ke sekolah.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply