JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan, teknologi dan kearifan lokal (local wisdom) jurus ampuh atasi krisis air akibat perubahan iklim.
Menurut Dwikorita, saat ini terjadi kesenjangan yang lebar antara negara maju dengan negara berkembang, negara kepulauan, dan negara miskin.
Terutama dalam hal kapasitas sosial-ekonomi dan teknologi yang sangat berpengaruh dalam mewujudkan ketangguhan di negara tersebut.
BACA JUGA:
- Bumi Kian “Mendidih”, BMKG Ajak Generasi Muda Segera Lakukan Aksi Nyata
- BMKG Sebut, Waktu Kedatangan Tsunami Selalu Beda, Inilah Ciri-ciri Awal Bencana Tsunami
- Prediksi BMKG: Oktober Masih Kering, Jangan Main Api, Tapi November Rain Kok!
Kondisi ini berimbas pada ketangguhan dalam beradaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim, terutama terkait ketersediaan air, pangan, dan energi.
“Indonesia sendiri relatif memiliki kemampuam teknologi yang cukup baik, ditambah berbagai kearifan lokal budaya masyarakat yang dapat menutup kesenjangan tersebut,” ungkap Dwikorita.
Adaptasi dan memitigasi perubahan iklim
Dwikorita mengatakan, berdasarkan laporan dari Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization – WMO), 60% kerugian bencana di negara maju terjadi akibat perubahan iklim, namun dampak terhadap produk domestik bruto (PDB) negara tersebut hanya sekitar 0,1%.
Lain halnya, dengan negara berkembang, lanjut dia, dimana 7% dari bencana bisa menyebabkan hantaman kuat hingga 5-30% terhadap PDB mereka.
Sementara, negara kepulauan, 20 % dari bencana dapat berakibat kerugian hingga 50% bagi PDB mereka.
Bagi beberapa negara, tambah Dwikorita, bahkan bisa mengakibatkan kerugian hingga 100% PDB.
Situasi ini, semakin memperparah kesenjangan ekonomi yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan dan ketangguhan masyarakat dalam beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim.
Butuh keterlibatan berbagai pihak atasi krisis air
Dwikorita menegaskan, kepemilikan teknologi yang mumpuni dapat meminimalisir risiko bencana akibat perubahan iklim yang dihadapi.
Dicontohkan Dwikorita, bagaimana BMKG berperan sebagai penyedia informasi dan data cuaca dan iklim.
Lewat data dan informasi tersebut, daerah-daerah bisa melakukan berbagai langkah pencegahan, mitigasi ataupun pengurangan risiko bencana, sebelum bencana terjadi.
Menurutnya, untuk mengantisipasi krisis air yang bakal terjadi, butuh keterlibatan berbagai pihak, di antaranya pemerintah, akademisi atau ilmuwan, swasta, masyarakat, dan media massa.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com.
Leave a Reply