JAKARTA, KalderaNews.com – Bakal terjadi puncak hujan meteor Orionid atau fenomena bintang jatuh mulai 20-21 Oktober 2023. Di Indonesia bisa diamati gak tuh?
Peneliti astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Clara Yono Yatini mengatakan, “Terjadinya 20 Oktober malam sampai 21 Oktober sebelum fajar.”
Sebenarnya, hujan meteor Orionid telah terjadi mulai 26 September 2023 sampai 22 November 2023 nanti.
BACA JUGA:
- BMKG Sebut, Waktu Kedatangan Tsunami Selalu Beda, Inilah Ciri-ciri Awal Bencana Tsunami
- Prediksi BMKG: Oktober Masih Kering, Jangan Main Api, Tapi November Rain Kok!
- Prediksi BMKG: Suhu Panas di Jakarta Bisa Sampai November 2023, Inilah Penyebabnya
Apakah hujan meteor ini bisa diamati di wilayah Indonesia?
Clara Yono mengatakan bahwa hujan meteor Orionid tersebut dapat dilihat atau diamati di wilayah Indonesia.
Bahkan, masyarakat bisa melihat hujan meteor Orionid secara langsung dengan mata telanjang.
Cara terbaik untuk melihatnya, yakni dengan mencari tempat pengamatan yang jauh dari polusi udara dan cahaya dan mudah dijangkau.
Jumlah meteor jatuh
Pada 20-21 Oktober 2023, diperkirakan Bumi akan dihujani oleh sekitar 20 meteor per jam.
Apalagi pada tahun ini, bulan lebih terang sekitar 37 persen, yang bisa membuat fenomena hujan meteor Orionid akan nampak lebih jelas.
Hujan meteor Orionid juga kadang menghasilkan tampilan spektakuler hingga 80 meteor per jam.
Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, hujan meteor Orionid menghasilkan tampilan yang lebih sederhana, yaitu sekitar 20 atau 30 meteor terlihat per jam.
Pemicu hujan meteor Orionid
Hujan meteor Orionid disebabkan oleh puing-puing es dan debu yang ditinggalkan komet Halley saat melewati tata surya.
Sementara, hujan meteor Orionid terjadi saat Bumi melewati daerah penuh dengan puing-puing komet Halley tersebut.
Lantas, puing komet Halley terbakar saat memasuki atmosfer Bumi dan menghasilkan pemandangan “bintang jatuh” yang mengesankan.
Komet Halley sendiri membutuhkan waktu sekitar 76 tahun untuk sekali mengorbit atau memutari matahari di lintasannya.
Nama komet itu sendiri diambil dari nama astronom Inggris Edmond Halley, yang meneliti laporan komet yang mendekati Bumi pada 1531, 1607, dan 1682.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply