JAKARTA, KalderaNews.com – Dalam penelitian ilmiah, penting bagi peneliti untuk mengikuti kaidah ilmiah dengan menerapkan metode penelitian yang sesuai. Hal ini juga berlaku dalam penelitian mengenai bahasa dan sastra.
Poin ini ditekankan oleh Ade Mulyanah, Kepala Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas (PR BSK) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam Public Lecture ke-6 yang diadakan oleh Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) BRIN pada Selasa, 26 September 2023.
Amirullah Abduh, narasumber ahli dari Universitas Negeri Makassar, menjelaskan bahwa terdapat beberapa metode umum yang digunakan dalam penelitian bahasa dan sastra di tingkat internasional, antara lain, Metode Positivisme (Kualitatif), Post-Positivisme (Kuantitatif), dan Metode Campuran (Pragmatik Paradigma).
BACA JUGA:
- Cara Membuat Gap Penelitian yang Relevan dan Signifikan
- Indonesia Negara Kepulauan, Peluang Penelitian untuk Dosen Muda Masih Sangat Luas
- Bocoran Reviewer: Proposal Penelitian Ditolak untuk Didanai, Isunya Nggak Sexy
Pemilihan metode penelitian yang tepat sangat bergantung pada preferensi peneliti, disesuaikan dengan panduan umum seperti lama waktu penelitian, anggaran penelitian yang tersedia atau dibutuhkan, dan strategi penelitian yang akan digunakan.
“Dengan preferensi yang baik dari peneliti, maka dia akan lebih memahami metode yang paling sesuai untuk penelitiannya. Seorang peneliti harus memahami konteks, area, subjek, dan objek penelitian, logika penelitian, serta kemudahan dan kendala yang dihadapi di lapangan saat melakukan observasi. Penelitian dalam pembelajaran bahasa dan sastra juga harus mengikuti kaidah proses penelitian, mencakup persepsi, evaluasi, dan perbaikan layanan, serta melibatkan studi kasus dan eksperimen,” ujarnya.
Dalam penelitian kuantitatif mengenai bahasa dan sastra, penting untuk memahami sembilan prinsip tertentu. Kesembilan prinsip tersebut mencakup analisis konten, analisis wacana kritis, studi kasus, etnografi/auto-etnografi/netnografi, penelitian naratif, penelitian tindakan, penelitian evaluasi, potret, dan sejarah lisan/linguistik sejarah. Prinsip-prinsip ini dijelaskan dengan berbagai contoh oleh Amirullah Abduh.
Ia menjelaskan mengenai lama waktu penelitian dalam penelitian etnografi, yang minimal dilakukan selama 1 tahun. Dia juga menjelaskan bahwa setiap penelitian harus sesuai dengan tujuan penelitiannya, misalnya dengan menentukan teori yang akan digunakan. Dengan menggunakan teori dari pakar tertentu, peneliti kemudian akan menentukan metode apa yang sesuai dengan teori tersebut.
“Untuk hal ini, apakah peneliti lebih terampil dalam menyajikan data dalam bentuk angka, lebih cenderung pada kuantitatif, atau dalam bentuk narasi. Penelitiannya akan lebih kearah penelitian kualitatif atau juga bisa digabung dengan data dan narasi untuk memperkuat hasil penelitian,” ujarnya.
Ia juga membahas dengan detail penggunaan metode penelitian dalam bahasa dan sastra.
“Perlu diadakan pertemuan khusus agar arahan lebih terarah. Dengan demikian, para peneliti bahasa dan sastra di BRIN dapat menghasilkan penelitian yang berkualitas dan berskala internasional,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply