Inilah Sosok dan Kiprah Prof. Dr. Edvin Aldrian, B. Eng., MSc., Penerima Tanda Kehormatan Bintang Jasa Pratama

Prof. Dr. Edvin Aldrian, B. Eng., MSc.
Prof. Dr. Edvin Aldrian, B. Eng., MSc
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dr. Edvin Aldrian, B. Eng., MSc. menerima penghargaan berupa Tanda Kehormatan Bintang Jasa Pratama yang diserahkan langsung oleh Presiden RI di Istana Negara Jakarta pada Senin, 14 Agustus 2023.

Penghargaan ini diberikan kepada Aldrian atas jasa-jasanya yang bermanfaat bagi masyarakat tidak hanya di kalangan nasional namun juga internasional.

Aldrian adalah seorang peneliti yang telah memberikan sumbangan penting dalam mengatasi perubahan iklim. Dedikasinya yang luar biasa terhadap isu perubahan iklim membawanya menjadi Anggota Dewan Panel PBB, khususnya sebagai Wakil Ketua Working Group I dalam Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) atau Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim.

BACA JUGA:

Bagi Aldrian, seorang pria yang lahir di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1969, posisi sebagai Wakil Ketua Working Group I ini merupakan kali kedua baginya, setelah sebelumnya pada tahun 2015 ia juga menduduki posisi yang sama.

Pemilihan Aldrian kembali terpilih sebagai Wakil Ketua Working Group I ini didasarkan pada hasil pemungutan suara oleh negara-negara anggota IPCC di Nairobi pada tanggal 25 – 28 Juli 2023.

Aldrian menjelaskan bahwa posisi saat ini menantang baginya karena harus bersaing dengan para ilmuwan dari beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru, dan Malaysia.

“Pemilihan di IPCC dilakukan secara regional, karena saya berasal dari Indonesia, maka pemilih saya berasal dari regional 5, yaitu Asia Tenggara, Pasifik Barat Daya, dan ASEAN. Saya mendapat dukungan dari negara-negara kepulauan seperti Tonga, negara-negara muslim seperti Bangladesh, Bahrain, Turki, dan juga Amerika Latin,” ujar Aldrian.

Sebagai seorang peneliti di bidang perubahan iklim, Aldrian menjelaskan bahwa ia berperan di dalam IPCC dengan visi dan misi untuk melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Ia telah melakukan proyeksi dan pemodelan di wilayah Asia Tenggara, bekerja sama dengan peneliti dari Filipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Hasil penelitiannya telah diakses melalui situs IPCC dan digunakan oleh berbagai negara di dunia sebagai dasar untuk kebijakan terkait perubahan iklim.

Aldrian, yang sekarang merupakan bagian dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, menempuh pendidikan sarjana di Departemen Teknik Fisika di Universitas McMaster, Kanada pada tahun 1993. Ia juga meraih gelar Magister dari Institut Hydrospheric dan Sains Atmosfer (IHAS) di Universitas Nagoya, Jepang pada tahun 1998.

Gelar Doktor dari Uni Hamburg di Jerman

Gelar doktoralnya diselesaikan di Max Planck Institut fur Meteorologie/Uni. Hamburg, Jerman pada tahun 2003.

Pada tahun 2018, ia dianugerahi penghargaan ilmuwan dengan publikasi paling aktif dalam kategori Lembaga Pemerintah Non Kementerian, yaitu Kemenristekdikti SINTA AWARD. Pada tahun yang sama, Aldrian juga menerima penghargaan HABIBIE AWARD dalam bidang ilmu rekayasa.

Aldrian juga diakui sebagai Profesor Riset ke-429 di Indonesia, yang dianugerahi pada usia yang relatif muda, yaitu 40 tahun.

Ia menjadi satu-satunya Profesor Riset di bidang Meteorologi di Indonesia melalui penelitiannya yang berjudul “Pemahaman Dinamika Iklim di Negara Kepulauan Indonesia sebagai Modalitas Ketahanan Bangsa”.

Selain itu, Aldrian juga menerima berbagai penghargaan lainnya, termasuk Satyalancana Wirakarya (2020) atas perannya sebagai saksi ahli sidang kebakaran hutan, Satyalancana Karya Satya XXX (2019), Satyalancana Pembangunan (2018) atas pengembangan Radar Cuaca X Band Nasional Pertama, Satyalancana Karya Satya XX (2010), dan Satyalancana Karya Satya X (1999).

Optimis Indonesia Capai Net Zero Emisi pada 2060

Dalam peranannya sebagai seorang peneliti dalam bidang perubahan iklim, Aldrian juga melakukan penelitian tentang iklim perkotaan yang terkait dengan polusi udara dan dampaknya terhadap kesehatan manusia.

Dalam rangka menghindari dampak buruk dari perubahan iklim, Aldrian berharap untuk adanya kebijakan mitigasi perubahan iklim yang lebih kuat.

Terutama mengingat komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emisi pada tahun 2060, Aldrian menyatakan pentingnya upaya keras dari pemerintah untuk mengurangi emisi CO2 melalui Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC).

“Saya yakin bahwa Indonesia mampu mewujudkan komitmen ini, karena negara kita kaya akan sumber energi bersih seperti panas bumi, gelombang laut, matahari, dan lainnya,” tambah Aldrian.

Aldrian pun memberikan pesan kepada generasi muda untuk memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara.

Ia berharap para peneliti muda harus terus memberikan kontribusi kepada masyarakat, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga global di bidang masing-masing.

“Mari bersama-sama mempromosikan upaya dalam penanganan perubahan iklim ini, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*