BANTEN, KalderaNews.com – Pada 2021 dimulailah penerapan Kurikulum Merdeka dalam lingkup yang terbatas di Sekolah Penggerak yang tersebar di 111 kabupaten/kota.
Kemudian, pada tahun 2022, implementasi Kurikulum Merdeka diperluas ke Jalur Mandiri.
Menurut data Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek, hampir 70% dari seluruh lembaga pendidikan di Indonesia kini telah menerapkan Kurikulum Merdeka.
Penerapan kurikulum melalui berbagai program seperti Sekolah Penggerak, SMK Pusat Keunggulan, dan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri.
Zulfikri Anas, Kepala Puskurjar Kemendikbudristek, mencatat bahwa sekitar 30% sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka sebenarnya telah menerima informasi mengenai konsep tersebut melalui berbagai saluran seperti program Guru Berbagi atau komunitas pembelajaran.
BACA JUGA:
- Kurikulum Merdeka Jadi Kurikulum Nasional, Akankah Ada Perubahan Kualitas Pendidikan?
- Sosialisasi Kurikulum Merdeka di Bandung, Kembalikan Pendidikan ke Marwah Sebenarnya
- Kepatuhan Administrasi Bukan Persyaratan Utama dalam Kurikulum Merdeka
Informasi ini telah disebarkan melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM), webinar, dan komunitas pembelajaran lainnya.
Zulfikri juga mengungkapkan bahwa ia telah melihat komunitas pembelajaran yang aktif di berbagai daerah, dipelopori oleh guru-guru penggerak.
Ini menunjukkan bahwa beberapa sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka mungkin masih perlu keyakinan.
Kurikulum Merdeka fleksibel
Ia juga menjelaskan bahwa Kemendikbudristek telah merancang Kurikulum Merdeka dengan kesederhanaan agar bisa diterapkan secara fleksibel dalam berbagai situasi.
Prinsip utama dari kurikulum ini adalah menyajikan materi yang sederhana, esensial, fleksibel, dan kontekstual, yang relevan dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi di daerah masing-masing.
Kurikulum Merdeka juga menitikberatkan pada penguatan karakter, memberikan guru kebebasan untuk berkreasi dalam berbagai situasi.
Yang terpenting adalah meningkatkan hubungan antara guru dan murid, sehingga murid memiliki motivasi untuk belajar, cinta akan pembelajaran, dan semangat belajar sepanjang hidup.
Zulfikri berpendapat bahwa tiap anak memiliki potensi yang unik, dan sebagai pendidik, kita harus mampu mendukung potensi tersebut agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakter mereka.
Prinsip ini sejalan dengan filosofi Kurikulum Merdeka yang mendorong pengembangan jiwa, pikiran, emosi, imajinasi, dan fisik anak.
Ia menegaskan bahwa dalam situasi apa pun, yang terpenting adalah pola pikir guru yang tidak hanya berfokus pada pencapaian materi kurikulum, tapi juga membantu anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya.
Mengatasi learning loss
Dalam acara yang sama, Rano Karno, Anggota Komisi X DPR RI, juga memberikan apresiasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka.
Ia menganggap bahwa penyederhanaan kurikulum ini, terutama selama masa pandemi, telah membantu mengatasi kerugian dalam pembelajaran atau learning loss.
Ia memandang bahwa perubahan kurikulum ini merupakan langkah penting untuk mendukung Kurikulum Merdeka yang lebih komprehensif.
Rano Karno menjelaskan bahwa terdapat tiga prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka.
- Pertama, pembelajaran intrakurikuler, di mana pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter siswa.
- Kedua, pembelajaran kokurikuler, yang fokus pada pengembangan karakter dan kompetensi umum siswa melalui proyek-proyek.
- Ketiga, pembelajaran ekstrakurikuler, yang sesuai dengan minat siswa dan sumber daya sekolah. Ia mengajak semua pihak untuk terlibat dalam perjalanan pendidikan yang menarik ini, menjadi agen perubahan positif, dan memberikan inspirasi kepada siswa serta berkontribusi pada kemajuan pendidikan.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply