BANDUNG, KalderaNews.com – Indonesia akan segera memiliki teleskop modern dengan spesifikasi yang serupa dengan Teleskop Seimei yang ada di Okayama yang dimiliki oleh Universitas Kyoto. Teleskop ini saat ini sedang dipasang di Observatorium Nasional Timau, Kupang Timur, yang sedang dalam tahap penyelesaian.
Mikio Kurita dari Universitas Kyoto menjelaskan spesifikasi Teleskop Seimei dan Teleskop Timau. Instrumen teleskop ini terdiri dari dua bagian, yaitu OPTICA dan NIRCA. Teleskop kembar Seimei dan Timau memiliki spesifikasi yang serupa secara umum, menggunakan cermin dengan diameter 3,8 m dan dilengkapi dengan dua kamera medan pandang luas, yaitu NIRCA dengan filter inframerah dekat, serta OPTICA dengan tiga filter inframerah.
Kurita menjelaskan bahwa ia merupakan manajer proyek untuk proyek Seimei dan terlibat dalam mengembangkan struktur teleskop yang ringan serta sistem cerminnya. Saat ini, ia sedang mengembangkan dua kamera medan pandang luas, yaitu NIRCA dan OPTICA, yang juga akan dipasang di Teleskop Timau.
BACA JUGA:
- Perkenalkan, Teleskop James Webb! Teleskop yang Mampu Hasilkan Foto Berwarna Alam Semesta
- Menjelajahi Mata Sahara dari Google Earth
- Inilah Penemu CCTV, Awalnya untuk Mengawasi Peluncuran Roket
Menurut Kurita, Teleskop Timau akan difokuskan pada pengamatan objek di kutub Selatan galaksi, terkait eksoplanet dan pembentukan bintang. Selain itu, teleskop ini akan digunakan untuk mengamati objek-objek transient, seperti nova dan supernova, karena kemampuannya untuk bergerak cepat.
Sementara itu, Daisaku Nogami dari Universitas Kyoto menjelaskan contoh penggunaan instrumen OPTICA dengan Teleskop Seimei dan Teleskop Timau. Contohnya adalah pengamatan bintang ganda kataklismik dan flare bintang, yang serupa dengan flare di matahari.
“Teleskop di Indonesia dapat berperan penting dalam penelitian objek-objek transient, seperti supernova, berkat lokasi Teleskop Timau. Kondisi langit di Timau juga lebih baik daripada di Okayama, sehingga sangat cocok untuk mengamati fenomena transien tersebut. Teleskop di Indonesia juga dapat mengamati langit di belahan utara dan selatan, serta daerah khatulistiwa,” ungkap narasumber Keiichi Maeda.
Maeda dari Departemen Astronomi, Universitas Kyoto, menjelaskan bahwa selain instrumen NIRCA dan OPTICA, akan lebih baik jika ada penambahan spektrograf. Hal ini dapat membuka peluang kerjasama untuk mengembangkan spektrograf.
Peneliti senior BRIN, Thomas Djamaludin, menyimpulkan bahwa pengalaman penelitian yang diperoleh dari Teleskop Seimei dapat menjadi acuan untuk pengembangan dan kolaborasi dengan Teleskop Timau.
“Topik-topik penelitian seperti eksoplanet, pembentukan bintang, dan objek-objek transient seperti flare bintang dan supernova bisa menjadi bidang penelitian yang dikembangkan dan bekerja sama dengan Universitas Kyoto serta mitra nasional dan internasional lainnya,” ujar Thomas.
Kolokium ini diikuti oleh para peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN, Program Studi Astronomi ITB, serta para pegiat astronomi dari berbagai perguruan tinggi seperti Itera, UAD, UIN Semarang, IAIN Ponorogo, dan juga dari observatorium amatir.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply