Seperti Apa Sih Sumbangan Nyata Peranakan Tionghoa terhadap Sastra Indonesia?

Sharing for Empowerment

“Keakraban orang Tionghoa terjalin dengan baik dengan orang-orang Makassar asli. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sejumlah karya seni terutama sastra yang berbaur dengan ke-Makassar-an,” kata Husnul.

Data ini menunjukkan orang-orang Tionghoa yang sudah hidup turun temurun di daerah ini telah menguasai penggunaan bahasa Makassar. Sehingga mereka dapat berinteraksi dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Penguasaan bahasa Makassar tidak sebatas pada bahasa sehari-sehari (pasaran), akan tetapi mampu menggunakannya dalam tulisan-tulisan sastra, baik prosa maupun sajak.

Pemakaian bahasa sastra memiliki tingkat kemahiran berbahasa yang lebih tinggi, karena di dalamnya termuat imaji-imaji, metafora, simbol-simbol, dan sebagainya.

Liem Kheng Young atau biasa di sapa dengan “Angko Sura”, merupakan salah seorang penulis karya sastra berbahasa Makassar dan Cina yang cukup produktif pada tahun 1928-1936. Ia diperkirakan lahir pada tahun 1875 dan berasal dari Tiotoa-Fujian bagian selatan.

“Karya sastra yang ditulisnya dalam satu jilid maksimal membutuhkan waktu tiga hari, bahkan banyak karya sastra yang ditulisnya, hanya dalam satu hari saja,” ungkap Husnul.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*