Seperti Apa Sih Sumbangan Nyata Peranakan Tionghoa terhadap Sastra Indonesia?

Sharing for Empowerment

Sastri mengatakan bahwa lahirnya karya sastra peranakan Tionghoa merupakan respon dari semangat zaman pada akhir abad ke-19. Di mana masyarakat Hindia Belanda (Indonesia) pada masa itu sedang beralih dari masyarakat jajahan feodal yang berdasarkan ekonomi alam ke masyarakat jajahan kapitalis yang berdasarkan ekonomi pasar.

Pengarang peranakan Tionghoa menjadi jembatan bagi penerusan bahasa Melayu dalam karya mereka hingga munculnya terbitan sastra Balai Pustaka.

“Jadi pasar juga membantu suburnya karya-karya sastra. Artinya banyak yang berminat. Ada permintaan ada barang,” ungkapnya lagi.

Ia juga menjelaskan, bahasa Melayu yang dirintis oleh Abdullah Kadir Munsyi justru dikembangkan dan dipopulerkan oleh karya sastra kaum peranakan Tionghoa sehingga menjadi bahasa Melayu Populer. Pengarang peranakan Tionghoa menjadi jembatan bagi penerusan bahasa Melayu dalam karya mereka hingga munculnya terbitan sastra Balai Pustaka.

“Karya sastra peranakan lebih realistis, banyak kreasi baru, dan perintis jalan bagi sastra Indonesia Modern,” imbuh Sastri mengakhiri pemaparannya.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*