JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyebutkan, Nikuba butuh penelitian lanjutan. Sang penemu Aryanto Misel menegaskan, ia tak butuh BRIN!
Penemu alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bernama Nikuba, Aryanto Misel mengumumkan dirinya tak butuh bantuan pemerintah terkait pengembangan atas inovasinya.
Hal itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara televisi yang lalu diunggah ke media sosial pada akun Instagram bernama Undercover.
BACA JUGA:
- BRIN Sebut LBM Eijkman Lakukan Penyimpanan Aset
- Lembaga Riset di Luar BRIN Didesak Lakukan Registrasi Nomor Identitas Lembaganya, Katanya Banyak Manfaatnya
- 2 Tahun Transformasi dan Peleburan BRIN, Masih Banyak PR
“Saya tidak butuh mereka,” kata Aryanto.
Ia mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintah yang dianggap telah mengucilkannya selama ini .
“Saya tidak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, tidak mau,” katanya.
Alat Nikuba temuan Aryanto sebelumnya kembali viral setelah berencana “go internasional” ke Italia.
Bahkan teknologi tersebut mendapat kesempatan dikenal lebih jauh oleh sejumlah pabrikan otomotif Italia.
Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel Inf Adhe Hansen mengatakan, pihak pabrikan otomotif juga telah mengadakan perjanjian kerja sama dengan pihak Nikuba.
“Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferrari dan Lamborghini,” ujar Adhe.
Sementara, Aryanto Misel dan tim telah berangkat ke Milan pada 16 Juni dan mempresentasikan inovasinya pada 18 Juni lalu.
Aryanto berkeinginan mendanai risetnya lewat kerja sama dengan pihak asing yang memang tertarik dengan temuannya.
Aryanto berencana menawarkan Nikuba dengan harga Rp 15 miliar.
BRIN: Nikuba bukan pengganti bahan bakar
Sementara, Peneliti Madya Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deni Shidqi Khaerudini menjelaskan bahwa Nibuka bukan alat penghasil hidrogen pengganti bahan bakar kendaraan, tapi untuk menghemat bahan bakar.
Deni memaparkan, konsep yang dipakai di Nikuba adalah menggunakan HHO, bukan hidrogen murni. HHO atau Hidrogen Hidrogen Oksigen ini disebut gas Brown, yang diambil dari nama penemunya, Yull Brown.
HHO ini berfungsi sebagai penghemat, bukan sebagai pengganti bahan bakar.
“Jadi, bukan pengganti BBM, tapi fuel saver, karena tetap ada peranan BBM, yakni hidrokarbon yang ketika dibakar di piston maka efisiensi pembakarannya jadi lebih baik,” kata Deni.
Nikuba bisa diklaim sebagai pengganti BBM, lanjut Deni, jika ada data yang membenarkan bahwa Hidrogen yang dipakai di ruang bakar adalah gasnya.
“Kalaupun murni Hidrogen, sistem pembakaran di mobil dan motor tidak mendukung. Hidrogen gasnya kecil sehingga tidak cocok dengan sistem pembakarannya,” paparnya.
Nikuba butuh penelitian lanjutan
Sedangkan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, sudah mengirim tim untuk melihat lebih jauh karya tersebut.
“Nikuba sudah kami ketahui sejak tahun lalu dan kami sudah mengirim tim ke sana untuk melihat itu. Dari asesmen tim perlu ada riset lanjutan,” ujar Handoko.
Handoko mengatakan, BRIN siap memfasilitasi seluruh komunitas periset di Indonesia, baik tingkat universitas hingga perorangan seperti Aryanto yang menemukan Nikuba.
Ia menyebut, pengembangan Nikuba jadi salah satu yang didorong untuk melakukan pembuktian ilmiah.
Dengan begitu, segala penyempurnaan atas temuan anak bangsa ke depan mampu dilakukan secara bersama.
“Itu salah satu yang sedang kami ajak supaya bisa dibuktikan secara saintis. Itu dulu yang nomor satu, sehingga jika ada penyempurnaan ya sempurnakan bersama-sama. Karena Nikuba itukan basic-nya hidrogen, bahan bakar berbasis hidrogen,” kata Handoko.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply