Apakah Pendidikan Indonesia Harus Mengacu pada PISA?

Ilustrasi: perpisahan sekolah
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) DPR RI dengan Kepala The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk Jakarta membahas indikator pendidikan berupa skor PISA yang diperoleh Indonesia pada tahun 2018.

PISA dikenal sebagai tes untuk mengukur prestasi sekaligus evaluasi terkait kurikulum pendidikan yang diterapkan pada lebih dari 80 negara di dunia. T

es PISA diselenggarakan oleh OECD guna mengukur tingkat literasi membaca, matematika, dan sains pada peserta didik berusia 15 tahun.

Tes PISA digelar setiap 3 tahun sekali. Terbaru, tes PISA yang diperoleh Indonesia pada tahun 2018 menempatkan Indonesia pada urutan ke 74 untuk tes literasi, urutan ke 73 untuk matematika, dan urutan ke 71 untuk sains.

BACA JUGA:

Perolehan skor tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia secara umum masih belum berhasil membentuk peserta didik yang memiliki daya nalar, literasi, dan numerik yang baik.

Bahkan pada tingkat ASEAN, skor PISA Indonesia berada di bawah Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sebab itu, Panja Peningkatan Literasi dan Tenaga Keperpustakaan Komisi X DPR RI dibentuk untuk mempercepat perbaikan kualitas pendidikan Indonesia.

Skor PISA yang diperoleh Indonesia

Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih berupaya menggali lebih dalam sisi lain skor PISA sekaligus relevansi terhadap pendidikan generasi bangsa.

Baginya, hal ini penting agar Indonesia memiliki perangkat kebijakan yang komprehensif serta selaras dengan karakter masyarakat dari Sabang hingga Marauke.

“Dengan keunikan karakter (bangsa) kita, apakah kita harus mengacu pada PISA? (dari OECD) enggak memaksa kok dan juga tidak mendikte negara untuk harus begini atau begitu. Beberapa hal memang perlu dibenahi. Kita tetap ambil pikiran yang positif (dari pertemuan ini) untuk rekomendasi-rekomendasi yang akan diberikan (kepada pemerintah),” ucap Fikri dikutip dari Parlementaria pada Kamis, 15 Juni 2023.

Sebelumnya, Kepala OECD untuk Jakarta Massimo Geloso Grosso memaparkan bahwa aspek keberagaman sosial ekonomi dinilai memiliki pengaruh terhadap skor PISA yang diperoleh Indonesia.

Walaupun begitu, berdasarkan sampel penelitian yang berasal dari para murid Indonesia berusia 15 tahun, ungkapnya, cenderung terlihat puas dan positif terhadap diri dan lingkungan sekitarnya

“Anak-anak kita itu dalam kondisi yang sangat kekurangan (tapi) ternyata masih bahagia, itu kesimpulan OECD. Nah, ini ini modal untuk mendorong (perbaikan) dari sisi literasi yang masih dianggap rendah. Modal itu, kami harap bisa memberikan rekomendasi yang tidak menghilangkan karakter generasi kita namun juga bisa mempercepat perbaikan dari sisi literasi,” tandas Fikri.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*