BANDUNG, KalderaNews.com – Metana hidrat memiliki potensi besar sebagai gas alam untuk energi Indonesia alternatif dan juga karena dampaknya terhadap perubahan iklim.
Riset mengenai metana hidrat berfokus pada pemahaman lebih lanjut tentang potensi sumber daya energi alternatif yang dimilikinya dan dampaknya terhadap lingkungan.
Kepala Pusat Riset Sumber Daya Geologi (PRSDG) BRIN, Iwan Setiawan menegaskan penelitian mengenai metana hidrat di Indonesia telah masuk ke dalam program riset nasional.
BACA JUGA:
- Transisi Energi Terbarukan dan Nuklir di Indonesia Masih Lamban
- Rektor UMN Ingatkan Wisudawan Isu Krusial Energi Baru dan Terbarukan
- Apa sih Bedanya Energi Baru dan Terbarukan?
“Dengan mendatangkan narasumber dari Indonesia dan negara di luar Indonesia, diharapkan ada ilmu yang dibagi mengenai pengelolaan metana hidrat,” ungkap Iwan.
Sementara itu, peneliti postdoctoral PRSDG BRIN Feisal Dirgantara menyampaikan penelitian yang tengah dilakukannya mengenai metana hidrat adalah berfokus pada karakterisasi potensi metana hidrat di Selat Makassar bagian selatan.
“Menurut hasil penelitian sementara saya, daerah penelitian ini dicirikan oleh aliran bahang (heat flow) dan gradien termal yang tinggi.”
“Selain itu, melalui studi geofisika, saya menemukan bahwa daerah penelitian tersebut memiliki beberapa jenis jebakan metana hidrat dengan keunikan karakter geologi tersendiri,” jelas Feisal.
Dalam paparannya yang berjudul ‘Preliminary Gas Hydrates Study off South Makassar Basin’, ia mengungkapkan, metana hidrat merupakan gas alam yang terjebak di sangkar es pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu.
Umumnya, mereka dapat ditemui di daerah kutub dan perairan laut dalam atau kedalaman dasar laut lebih dari 1.500 meter.
Lebih lanjut Feisal menjelaskan bahwa telah dilakukan penelitian mengenai potensi metana hidrat untuk Selat Makassar bagian utara, namun belum dengan bagian selatan.
“Ini menjadi latar belakang saya melakukan penelitian ini. Pemahaman lebih lanjut tentang potensi ini dapat berkontribusi pada eksplorasi dan pengembangan energi yang berkelanjutan di Indonesia,” ungkapnya.
Penelitian Metana Hidrat
Feisal yang tergabung dalam Kelompok Riset Geodinamika PRSDG BRIN ini menambahkan, penelitian ini memberikan wawasan penting dalam memahami potensi metana hidrat yang ada dan memengaruhi keputusan strategis pengembangan energi Indonesia di masa depan.
“Implementasi dari penelitian ini adalah untuk mendukung komitmen Indonesia dalam pemanfaatan sumber energi terbarukan, yang mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030, dan pencapaian emisi bersih (net-zero emissions) pada 2060,” tandasnya.
“Salah satunya melalui penggunaan gas alam, termasuk metana hidrat, yang menghasilkan emisi lebih rendah dibandingkan batu bara dan minyak bumi. Selain itu, metana hidrat dapat menghasilkan energi lebih besar dibandingkan gas alam konvensional,” imbuhnya.
Harapannya, penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk jangka pendek penelitian ini dapat sedikit mengisi kekosongan pemahaman kita tentang potensi metana hidrat di Indonesia.
“Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai acuan dan batu loncatan untuk studi metana hidrat di wilayah perairan Indonesia lainnya.”
“Sedangkan untuk jangka panjang, penelitian ini semoga dapat memicu gairah pemerintah dan industri migas untuk studi metana hidrat pada daerah laut dalam Indonesia,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply