Setahun Terala Foundation, Kuota Pekerja Penyandang Disabilitas Bukan Sekedar Angka

Diskusi bertema “Berdaya Bersama Mewujudkan Inklusif Disabilitas Dunia Kerja" di Kafe Sunyi, Jakarta Selatan pada Sabtu, 20 Mei 2023
Diskusi bertema “Berdaya Bersama Mewujudkan Inklusif Disabilitas Dunia Kerja" di Kafe Sunyi, Jakarta Selatan pada Sabtu, 20 Mei 2023 (KalderaNews/Dok. Terala)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Komisioner Komisi Nasional Disabilitas, Kikin Tarigan menyampaikan Undang-Undang No 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas mengamanatkan minimal satu persen kuota disabilitas untuk perusahaan dan dua persen untuk BUMN dan BUMD. Namun hal ini sepatutnya diimbangi dengan memastikan pekerja disabilitas layak, profesional dan berkualitas. 

Ia menekankab hal tersebut di acara diskusi bertema “Berdaya Bersama Mewujudkan Inklusif Disabilitas Dunia Kerja” di Kafe Sunyi, Jakarta Selatan pada Sabtu, 20 Mei 2023.

Selain itu, dunia usaha sebaiknya berupaya menciptakan lingkungan kerja yang menerapkan prinsip kesetaraan, non diskriminasi yang tidak menghambat pekerjanya untuk produktif, sehingga dapat berpartisipasi mendukung kinerja perusahaan. 

BACA JUGA:

Menurutnya, Terala Foundation sangat berperan penting membantu pemerintah dan pebisnis dalam mewujudkan situasi ini melalui program- program yang telah diberikan walaupun baru setahun berjalan. Dunia bisnis harus menyambut baik upaya ini. 

Komisi Nasional Disabilitas sadar tidak bisa langsung menjangkau dunia usaha, karena berperan sebatas pengawasan. 

Sementara itu, Direktur MUC Consulting, Erry Tri Merryta membagikan pengalaman mempraktikkan lingkungan kerja yang terbuka bagi disabilitas. Ia menyampaikan bahwa niilai yang dibangun oleh perusahaan adalah human capital yang lebih berfokus potensi karyawan bukan keterbatasan yang dimiliki. 

Perusahaannya yang bergerak di bidang jasa keuangan dan perpajakan saat ini mempekerjakan lima orang disabilitas dengan ragam disabilitas fisik dan psikososial. 

“Tidak ada kendala yang berarti dalam menjalankan bisnis, meskipun penyesuaian harus dilakukan seperti pada lingkungan fisik kantor serta memampukan seluruh karyawan memiliki ketrampilan berkomunikasi yang lebih inklusif.” 

Selanjutnya, CEO Kafe Sunyi, Mario Gultom menceritakan perjalanan Kafe Sunyi yang semula merupakan sekolah barista dengan target penyandang disabilitas. Dengan kesadaran akan keberlanjutan bagi kesejahteraan disabilitas yang sudah cakap, Mario kemudian memilih pengembangan bisnis dengan membuka kafe yang akomodasinya layak untuk disabilitas bekerja juga berkunjung ke kafe. 

“Tantangan yang saya temui adalah pada alat kopi yang ada bukan dikhususkan bagi pengguna atau barista dengan disabilitas. Seringkali saya medorong vendor membuat penyesuaian pada alat kopinya. Namun itu sulit,” katanya.

Selain para narasumber, Shally Pristine dari Grab Indonesia menyosialisasikan fasilitas ruang setara yang bisa diakses gratis bagi organisasi dengan misi pemberdayaan disabilitas.  Acara diakhiri dengan workshop singkat tentang budaya tuli dan belajar alpabet Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia). 

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*