Terlahir 30 April, Sosok Ini Mengilhami Berdirinya 1.100 Sekolah di Seluruh Dunia

Pelajar sekolah La Salle dari berbagai belahan dunia dan La Salle (tengah).
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com. Kamu yang terlahir 30 April, seperti hari ini, Happy Birthday ya kawan! Semoga sehat, panjang umur dan berhasil mengejar impian kamu.

Banyak pemimpin dunia terlahir pada 30 April. Di antaranya Ratu Juliana dari Belanda (1909), Raja Swedia, Carl XVI Gustaf,  (1946), Sekjen PBB António Guterres(1949),  PM ke-22 Kanada, Stephen Harper(1959), Raja Prancis, Philip III (1245), Raja Polandia Casimir III (1309) dan Ratu Inggris, Mary II (1662).

Untuk turut merayakan ulang tahun kamu, kali ini kami pilihkan profil seorang pemimpin dari dunia pendidikan. Ia sering juga disebut sebagai  reformator pendidikan. Di adalah Baptiste de La Salle.

Lahir pada 30 April 1651 di Reims, Prancis, La Salle adalah seorang imam, pembaharu pendidikan dan pendiri Lembaga Kefrateran Sekolah-sekolah Kristen (Institute of the Brothers of the Christian Schools). Lembaga ini lebih dikenal dengan sebutan FSC (Fratres Scholarum Christianarum), sebuah kongregasi religius awam Katolik untuk pria.

BACA JUGA:

Menurut situs web La Salle Worldwide,  Ordo FSC saat ini membantu menjalankan lebih dari 1.100 pusat pendidikan Lasallian di 80 negara dengan lebih dari satu juta siswa. Para bruder Lasallian yang berjumlah 3000 bekerja bersama dengan 90.000 guru dan rekan awam.

Mengembangkan Guru Muda dan Melayani Orang Miskin

La Salle di masa hidupnya mencurahkan perhatian pada kemajuan guru-guru muda. Tidak heran bila di kemudian hari ia diproklamasikan sebagai santo Gereja Katolik dan santo pelindung bagi para guru muda.

Perhatiannya kepada pendidikan kaum miskin tidak kalah besarnya. Hal ini bahkan yang mendorongnya mendirikan FSC yang di kemudian hari berkembang menjadi motor berdirinya sekolah-sekolah di berbagai penjuru dunia.

La Salle lahir sebagai anak tertua dari Louis de La Salle dan Nicolle Moet de Brouillet. Keluarga Nicolle adalah keluarga bangsawan dan menjalankan bisnis kilang anggur yang sukses.

Sejak kecil keluarga La Salle telah menjalankan aturan dan tradisi Katolik secara taat. Saat  ia berusia 11 tahun dalam sebuah upacara resmi  orang tuanya mempersembahkannya untuk melayani Tuhan.

Dia menempuh pendidikan tinggi di College des Bons Enfants, lalu dikirim ke Paris untuk masuk Seminari Saint-Sulpice pada 18 Oktober 1670.

Namun ibunya meninggal pada 19 Juli 1671 dan ayahnya pada 9 April 1672. Keadaan ini mewajibkan dia untuk meninggalkan Saint-Sulpice di usia 21 tahun. Ia menjadi kepala keluarga untuk mendidik empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuannya.

Empat tahun kemudian ia ditahbiskan sebagai diaken. Akhirnya ia juga dapat menyelesaikan studi teologinya.

Ia ditahbiskan menjadi imam di usia 26 tahun pada  9 April 1678. Dua tahun kemudian dia menerima gelar doktor di bidang teologi.

Pada awalnya ia bekerja untuk kongregasi Sisters of the Child Jesus yang bertugas merawat orang sakit dan mendidik gadis-gadis miskin. Melalui pekerjaannya dengan para suster itulah pada tahun 1679 dia bertemu dengan Adrian Nyel yang ingin mendirikan sekolah.

Dengan bantuan De La Salle, sebuah sekolah segera dibuka. Tak lama kemudian, seorang wanita kaya di Reims memberi tahu Nyel bahwa dia juga akan membiayai sekolah itu, tetapi hanya jika La Salle mau membantu.

Upaya membantu Adrian Nyel mendirikan sekolah untuk orang miskin di kampung halaman La Salle lambat laun menjadi karya hidupnya yang monumental.  Saat itu sebagian besar anak memiliki sedikit harapan untuk kemajuan sosial dan ekonomi. Tergerak oleh penderitaan orang miskin  La Salle memutuskan untuk menempatkan bakatnya melayani anak-anak yang “sering dibiarkan sendiri dan dibesarkan dengan buruk”.

Membuat Terobosan

La Salle juga mengambil langkah kontroversial untuk membantu guru muda  dalam pekerjaan mereka.  Pada tahun 1680, dia mengundang mereka untuk makan di rumahnya, untuk mengajari mereka tata krama meja serta menginspirasi dan mengajar mereka dalam pekerjaan mereka. Tindakan ini salah satu yang sulit ditanggung oleh kerabatnya.

Lebih jauh pada tahun 1681, De La Salle memutuskan membawa para guru ke rumahnya sendiri untuk tinggal bersamanya. Kerabat De La Salle sangat terganggu; rekan-rekannya tersinggung.

Setahun kemudian, ketika rumah keluarganya terjual di pelelangan karena gugatan keluarga, De La Salle menyewa sebuah rumah tempat dia dan beberapa guru melakukan kegiatan.

Perkembangan selanjutnya, La Salle memutuskan untuk mengundurkan diri dari kanonnya untuk mencurahkan perhatian penuh pada pendirian sekolah dan pelatihan guru.

La Salle memulai sebuah institut religius baru yang  tanpa imam sama sekali di antara para anggotanya. Itulah yang dikenal sebagai FSC dewasa ini.

Pada awalnya Iangkah ini memperoleh resistensi. Namun La Salle dan kelompok kecilnya tidak menyerah.

Pada 1685 La Salle mendirikan sekolah pertamanya di Reims, Prancis, sebuah sekolah yang ditujukan untuk melatih guru.
La Salle menjadi  perintis program pelatihan guru awam yang menjadi legasi terbesarnya sampai saat ini.

Ia membuat berbagai terobosan, termasuk belajar di hari Minggu untuk pekerja pria muda. Ia juga menginisiasi salah satu institusi pertama di Prancis untuk perawatan anak nakal. Selain itu berbagai  sekolah teknik, dan sekolah menengah untuk bahasa, seni, dan sains modern lahir dari reformasinya.
Universitas LaSalle mengatakan bahwa tulisan-tulisan La Salle telah memengaruhi praktik pendidikan, manajemen sekolah, dan persiapan guru selama lebih dari 300 tahun.

Sekolah-sekolah Lasallian membentuk jaringan berusia 300 tahun mengikuti prinsip-prinsip La Salle. Banyak sekolah diberi nama La Salle, dan beberapa jalan, seringkali di dekat Sekolah Lasallian, dinamai menurut namanya.

Begitu sekelumit profil La Salle. Semoga bermanfaat ya friends!

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*