JAKARTA, KalderaNews.com – Sejak Januari lalu pesinden modern asal Jawa Tengah, Peni Chandra Rini, menjadi dosen tamu (visiting scholar) di University of Richmond, AS. Kehadirannya di Negara Paman Sam itu terlaksana atas dukungan Beasiswa Fulbright.
Sosok jebolan ISI Surakarta itu menarik perhatian. Salah satunya karena proses kreatifnya yang dinilai unik.
Pesinden yang juga komposer dan koreografer itu mengatakan sebelum menulis nada musik, ia terlebih dahulu menulis liriknya.
BACA JUGA:
- Siapa Wanita Muda Kelahiran Jakarta Ini yang Novelnya Berhasil Tembus Pasar Penerbitan AS?
- Peringati 50 Tahun Kerja Sama Korea-Indonesia, KB Financial Group Gelar Kompetisi Debat Mahasiswa Berhadiah 3 Juta Won
- Setelah 10 Tahun, Indonesia Akhirnya Masuk dalam Buku Teks Ilmu Politik karya Profesor AS
“Saya menulis syair terlebih dahulu, bahkan sebelum melodi,” katanya, dikutip dari tulisan feature Don Horrison yang dimuat di situs Richmond Magazine, 3 April 2023.
Ia diwawancarai saat duduk bersila di lantai ruang latihan band University of Richmond (UR) setelah satu jam latihan musik gamelan Jawa.
Suara halus Rini, menurut Don Harrison, membawa kekuatan puitisnya sendiri. Didukung oleh nada meditatif dari orkestra gamelan, musiknya dinilai hampir seperti dunia lain.
“Bahkan jika Anda tidak tahu sepatah kata pun dalam bahasa Jawanya, Anda masih bisa merasakan ekspresinya,” tulis Don.
Menurut Associate Professor Musik dan Etnomusikologi UR, Andy McGraw, Rini mewakili sebuah generasi pembaru musik di Indonesia.
“Ada generasi komposer baru yang melakukan hal-hal menarik dengan gamelan Jawa,” kata Andy McGraw.
“Komponisnya kebanyakan laki-laki, terutama yang eksperimental, jadi Rini sangat menonjol,” kata Andy.
Banyak dari lirik yang dibuat oleh Rini, kata dia, berkaitan dengan reposisi peran perempuan dalam masyarakat patriarki.
“Wanita Jawa biasanya tinggal di rumah sebagai istri dan ibu dan tidak bisa bekerja,” kata Rini, 39 tahun.
“Saya berbeda [dari] mereka. Saya bekerja, saya bermain, saya mengarang, dan saya menyukainya. Saya punya keluarga yang sangat mendukung saya dalam berkesenian. Mereka berkata, ‘Kamu pergi dan lakukan pekerjaanmu dan fokus. Kami mendukungmu.’ Dan itu membuatku kuat,” kata Rini, yang pada tahun 2005 terpilih menjadi pesinden muda terbaik Surakarta dalam ajang “Seleksi Pesinden Remaja Se Karisidenan Surakarta”.
Sejak Januari lalu Rini sudah tampil di berbagai panggung di AS. April ini warga Richmonds juga akan dapat menyaksikan ia dan grupnya berkesenian dalam beberapa penampilan.
Di sela-sela itu, menjadi direktur artistik tamu untuk Gamelan Raga Kusuma, ensambel musik tradisional Jawa berbasis komunitas di Richmond.
Rini juga tampil dengan band string asal Richmond, Rumput, yang berspesialisasi dalam musik keroncong flute dan string band Asia Tenggara.
Rini menampilkan bentuk-bentuk lagu tradisional tetapi juga bermain-main dengannya, menggabungkan kepekaan klasik dan motif Barat. “Saya menggunakan tradisi dengan cara kontemporer,” katanya.
Kuartet Kronos yang terkenal baru-baru ini membawakan karya Rini “Maduswara” di Carnegie Hall di New York City, dengan Rini ikut di dalamnya.
Komposisi terkenal itu juga akan dibawakan pada 17 April selama konser musik kamar di UR’s Camp Concert Hall. Ini adalah salah satu dari beberapa pertunjukan Rini bulan ini di sejumlah tempat di Richmond, sering diiringi oleh Gamelan Raga Kusuma dan/atau Rumput.
Ia berlatih dua kali seminggu bersama Raga Kusuma di aula UR yang terbuka untuk umum. “Merupakan kesempatan langka untuk datang dan menyaksikan dia mengajar dan memimpin dalam pertunjukan,” kata McGraw.
Di samping menjadi pesinden, Rini adalah dosen di ISI Surakarta. Penyandang gelar S2 di bidang seni ini saat ini kandidat doktor di almamaternya.
Ia menggeluti bisnis seni pertunjukan lewat Candrarini’s Gamelan, dimana ia duduk sebagai direktur. Ia juga mendirikan Sentana Art Music Production dan Jagad Sentana Art Foundation.
Rini sudah memperoleh banyak penghargaan. Namanya melejit setelah tampil sebagai komposer sekaligus pesinden dalam pertunjukan tari dan musikal Nyai Ontosoroh di Australia pada 2013 dan telah ditampilkan di berbagai kota mancanegara lainnya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply