JAKARTA, KalderaNews.com – Satu lagi kisah menarik dari Harvard. Kali ini tentang alumninya yang sudah jadi ‘orang,’ alias sukses.
Kenneth Cordele Griffin diterima di Harvard College pada tahun 1986. Di bawah naungan Faculty of Art and Science (FAS) Universitas Harvard, kolese ini dikenal sebagai kampus untuk program S1.
Sejak di bangku kuliah ia sudah gemar bisnis. Ia rajin berinvestasi di surat berharga.
Meskipun ada larangan berbisnis di kampus, ada saja akalnya. Ia bahkan berhasil membujuk pengurus asrama mengizinkannya memasang peralatan satelit di atap agar ia bisa mengikuti harga saham.
BACA JUGA:
- Ketemu Rendang dan Teh Botol di Kawasan Strategis Kota Kenner AS Tante Ini Ternyata yang Punya Restonya
- Wawancara dengan Aditya Adiredja, Transgender Asal Indonesia yang Jadi Profesor Matematika di University of Arizona
- Ada Toko Kerajinan Bali Menyempil di Kota Kecil di Ohio, Ternyata Perempuan Ini Pemiliknya
Di tahun kedua kuliahnya, ia sudah menerbitkan surat berharganya sendiri. Setahun kemudian ia meraih gelar Bachelor of Arts (BA) Ilmu Ekonomi. Bisnisnya terus berlanjut.
Kini Kenneth Griffin dikenal sebagai salah satu orang terkaya di AS. Per Maret 2023, kekayaan pria berusia 54 tahun ini diperkirakan mencapai US$32, 6 miliar.
Menurut Forbes, ia berada di peringkat 21 orang terkaya di AS.
Griffin adalah pendiri dan CEO perusahaan investasi Citadel LLC. Perusahaan itu saat ini mengelola aset sekitar US$57 miliar.
Harvard Ganti Nama demi Griffin
Kemarin Universitas Harvard mengumumkan akan memakai nama Kenneth Griffin untuk salah satu sekolahnya sebagai penghormatan. Namun ketimbang disematkan kepada kolese almamater S1nya, nama Griffin justru diberikan kepada program S2, yaitu Graduate School of Arts & Science (GSAS).
Penghormatan itu tidak terlepas dari kegiatan filantrofis Griffin. Ia baru saja menyumbang sebesar US$300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun kepada Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan (Faculty of Arts and Science, FAS) Universitas Harvard. Untuk menghormati itu, Harvard mengganti nama program pasca sarjana fakultas tersebut menjadi Kenneth C. Griffin Graduate School of Arts and Sciences (GSAS).
Hal itu diumumkan secara resmi lewat pernyataan Universitas Harvard pada hari Selasa pagi, 11 April, dikutip dari situs resmi Harvard, The Harvard Crimson.
“Kemurahan hati dan kesetiaan adalah salah satu karakteristik yang menentukan alumni kami,” Presiden Harvard, Lawrence S. Bacow, dan Dekan FAS sekaligus Presiden terpilih, Claudine Gay, menulis dalam pengumuman mereka.
Para petinggi Harvard itu mengatakan “sangat berterima kasih” atas “kepercayaan dan kerjasama yang mantap.”
“Selama 150 tahun terakhir, GSAS telah memupuk dan memperluas ambisi para mahasiswa yang telah mengubah dunia melalui ikhtiar ilmiah mereka yang luas dan beragam. Sekarang, GSAS Kenneth C. Griffin akan melakukan hal yang sama, ”tulis Bacow dan Gay.
Menyambut penghormatan itu, Griffin memuji almamaternya. “Fakultas Seni dan Sains Harvard berkomitmen untuk memajukan ide-ide yang akan membentuk masa depan umat manusia, sambil memberikan wawasan penting tentang masa lalu kita,” kata Griffin dalam rilisnya.
“Saya senang mendukung pekerjaan berdampak dari institusi hebat ini.”
Ganti Nama bukan hanya untuk Griffin
Griffin bukan kali ini saja berdonasi kepada almamaternya. Nama Griffin sebelumnya juga sudah disematkan pada kantor bantuan keuangan mahasiswa S1 Harvard setelah sumbangannya sebesar US$150 juta pada tahun 2014.
Donasi Griffin tidak mengikat. Artinya, Harvard dapat menggunakan dana yang diberikan untuk tujuan atas kebijaksanaannya sendiri.
Menurut siaran pers Harvard, donasi tersebut akan mendukung “keunggulan jangka panjang dalam pengajaran dan penelitian” di berbagai bidang fakultas.
GSAS Kenneth C. Griffin yang baru berganti nama adalah program studi yang ketiga di Harvard yang dinamai menurut donatur mereka sejak 1638. Saat itu universitas mengambil nama John Harvard setelah sumbangannya.
Setelah absen selama 376 tahun, Harvard mengganti nama School of Public Health pada tahun 2014 dengan nama T.H. Chan. Ia adalah ayah dari investor ekuitas swasta dan donatur Harvard, Gerald L. Chan.
Harvard juga mengganti nama salah satu sekolahnya, School of Engineering and Applied Sciences setelah donasi US$400 juta pada tahun 2015 dari raja hedge fund John A. Paulson.
Dermawan yang Terluka
Keberhasilan Griffin yang kini berusia 54 di dunia bisnis tidak diikuti hal yang sama dalam membangun rumah tangga. Ia telah dua kali menikah dan semuanya berakhir dengan perceraian.
Perceraianya yang terakhir bahkan sempat menjadi drama soal pengaturan harta gono gini. Ia menuduh istrinya menperalat alasan pengasuhan anak untuk mendukung gaya hidup mewahnya.
Terlepas dari kabut rumah tangga, Griffin dikenal sebagai dermawan. Griffin diketahui telah menyumbangkan lebih dari US$1,5 miliar ke berbagai organisasi amal, termasuk Institut Seni Chicago dan Yayasan Obama.
Griffin masuk dalam daftar Pemberi Paling Dermawan di Amerika pada tahun 2023 oleh Forbes.
Perhatiannya kepada politik diwujudkan lewat dukungan kepada calon pejabat publik yang ia anggap memberi harapan. Griffin dikenal sebagai donatur politik yang aktif.
Bersamaan dengan donasi US$500.000 kepada komite pengukuhan Presiden Joe Biden, Griffin juga mendonasikan hampir $60 juta kepada kandidat dari Partai Republik dalam siklus pemilu 2022.
Griffin menjadi berita utama November lalu karena mengumumkan bahwa dia tidak akan mendukung kampanye pemilihan kembali mantan presiden Donald J. Trump, sebaliknya mengumumkan dukungannya untuk Gubernur Florida Ron D. DeSantis sebagai presiden. Sementara itu DeSantis belum mengumumkan pencalonannya.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply