JAKARTA, KalderaNews — Salah satu orang terkaya dunia, Elon Musk, beserta 1000 petinggi perusahaan teknologi menandatangani petisi yang meminta OpenAI menghentikan sementara pengembangan ChatGPT.
Elon Musk yang juga adalah CEO Twitter dan pernah ikut membidani OpenAI, menyerukan agar OpenAI dapat menghentikan sementara pengembangan chatbot yang diklaim lebih pintar dari ChatGPT-4 selama enam bulan.
Selain Elon Musk, co-founder Apple Steve Wozniak, juga ikut membubuhkan tanda tangan pada petisi yang pertama kali dibuat Future of Life Institute, sebuah organisasi nirlaba bekerja mengurangi bencana global dan risiko eksistensial dari kecerdasan buatan terhadap umat manusia. Nama-nama lain mencakup
Jaan Tallinn, co-founder Skype dan Craig Peters, CEO Getty Images.
BACA JUGA:
- Maria Oggay Perempuan Berusia 106 Tahun Terpilih Jadi Model Sampul Majalah Vogue
- Nasib Bahasa Jawa Dialek Using di Banyuwangi, Berpotensi Punah?
- Pertama di Indonesia, Universitas Bunda Mulia Buka Prodi Desain Interaktif
“Sistem AI kontemporer kini bersaing dengan manusia dalam pekerjaan-pekerjaan dasar dan kita harus bertanya pada diri sendiri:
Haruskah kita membiarkan mesin membanjiri saluran informasi kita dengan propaganda dan kebohongan?
Haruskah kita mengotomatiskan semua pekerjaan termasuk pekerjaan yang (dikerjakan oleh manusia dengan) memuaskan?
Haruskah kita mengembangkan kesadaran bukan manusia yang pada akhirnya mungkin melampaui, mengakali, membuat usang, dan menggantikan kita?
Haruskah kita mengambil risiko kehilangan kendali atas peradaban kita?,” demikian antara lain bunyi petisi yang sudah ditandatangani lebih dari 2800 orang.
“Keputusan semacam itu tidak boleh didelegasikan kepada pemimpin teknologi yang tidak dipilih,” lanjut petisi.
Elon Musk dkk mengatakan sistem AI yang kuat baru dapat dikembangkan lebih jauh setelah publik yakin bahwa efeknya akan positif dan risikonya dapat dikelola.
“Kami mengimbau semua lab AI untuk segera menghentikan sementara pelatihan sistem AI yang lebih kuat dari GPT-4 setidaknya selama 6 bulan,” bunyi petisi.
Jeda ini, kata petisi itu, harus bersifat publik dan dapat diverifikasi, serta menyertakan semua aktor utama.
“Jika jeda seperti itu tidak dapat diberlakukan dengan cepat, pemerintah harus turun tangan dan melembagakan moratorium,” demikian bunyi petisi.
Petisi berjudul “Pause Giant AI Experiments: An Open Letter” tersebut juga ikut ditandatangani tokoh lainnya, seperti Yoshua Bengio, professor pada University of Montreal; Stuart Russell, Professor of Computer Science, University of Berkeley dan director Center for Intelligent Systems, co-author “Artificial Intelligence: a Modern Approach”; Yuval Noah Harari, penulis dan professor, Hebrew University of Jerusalem; Emad Mostaque, CEO, Stability AI; Andrew Yang, NYT Bestselling Author, Presidential Ambassador of Global Entrepreneurship; John J Hopfield, professor emeritus, Princenon University; Valerie Pisano, President & CEO, MILA; Connor Leahy, CEO, Conjecture; Kate Jerome, penulis buku anak, Cofounder Little Bridges, Award-winning children’s book author; Evan Sharp, Co-Founder, Pinterest.◾
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply