Sekolah di Kelapa Gading Ini Sudah Bereksperimen dengan ChatGPT, Simak Pengalaman Mereka!

Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com — Kehadiran ChatGPT sering menjadi perdebatan di dunia pendidikan. Bukan hanya di Indonesia, juga di dunia internasional.

Namun, bagi North Jakarta Intercultural School (NJIS), Kelapa Gading Jakarta, ChatGPT tampaknya bukan lagi isu merisaukan. Sekolah ini sudah lama bereksperimen dengan ChatGPT dan memilih pendekatan yang lebih bersahabat.

Hal itu terungkap dalam wawancara dua pejabat NJIS dengan media online Indonesia Expat, yang dipublikasikan 7 Maret 2023. Kedua pejabat itu adalah Gerald Donovan, kepala sekolah NJIS dan Ezra Alexander, koordinator program untuk Primary Years Program (PYP).

Saat ditanyakan bagaimana pendapat mereka tentang ChatGPT, Ezra Alexander mengatakan mereka melalukan diskusi terbuka tentang plus-minus program kecerdasan buatan itu dengan murid-murid.

“Kami mulai bereksperimen dengan ChatGPT sangat awal dan, tentu saja, banyak siswa kami sudah mengetahui semuanya dan telah bereksperimen dengannya dalam rutinitas belajar mereka,” kata dia.

“Kami telah melakukan diskusi terbuka dan terus terang dengan siswa kami tentang manfaat, risiko, dan implikasi etis,” lanjut dia.

Ia mengakui bahwa semua orang di NJIS, baik siswa maupun guru sama-sama masih mencari tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait dengan pekerjaan yang dihasilkan AI.

“Kami sedang melakukan percakapan berkelanjutan tentang batas yang mungkin ditarik antara menggunakan AI untuk menipu dan menggunakannya untuk membantu merencanakan, mengevaluasi, dan meningkatkan pekerjaan mereka dan tujuan belajar mereka,” kata Ezra.

Sementara itu Gerald Donovan mengatakan ChatGPT dan teknologi AI lainnya bila digunakan dengan benar dapat berperan hampir seperti “panduan sampingan” harian untuk siswa.

Ia memberi contoh tentang seorang siswa Jepang yang menjalani tahun pertamanya di Sekolah Internasional seperti NJIS yang pindah langsung dari negara asalnya.

“Dia dapat menggunakan ChatGPT untuk menerjemahkan tugas ke dalam bahasanya sendiri untuk membantunya saat duduk di kelas. Dia dapat memintanya untuk klarifikasi lebih lanjut tentang poin apa pun yang belum dia pahami,” kata dia.

“Penggunaan AI dapat membantunya secara bertahap menyesuaikan diri dengan lingkungan Bahasa Inggris,” lanjut dia.

Menurut Gerald, cara melakukan penilaian dengan model lama akan ditinggalkan.

“Kami sudah mulai mengurangi esai sebagai sumber utama penilaian,” kata dia.

Pendekatan penilaian satu ukuran untuk semua siswa, kata dia, tidak lagi melayani siswa dengan baik. Ia mengatakan pembelajaran yang berhasil mengharuskan guru mengenal siswanya secara pribadi.

Sama dengan meredupnya gagasan lama bahwa menghafal fakta adalah puncak pendidikan ketika internet datang, demikian pula, halnya ketika AI muncul.

“Kita sekarang harus menyadari bahwa AI akan menemukan kembali penilaian untuk membuatnya lebih personal dan individual.”

Ezra menambahkan bahwa dampak kehadiran AI di dunia pendidikan sangat besar. Bila dibandingkan antara dampak COVID-19 dengan dampak AI, “Saya akan mengatakan bahwa dampak AI cenderung lebih besar dan lebih tahan lama. Pembelajaran yang dipersonalisasi, didorong oleh keterlibatan antara guru dan siswa, adalah satu-satunya jalan ke depan. AI akan menjadi pelengkap yang sangat membantu untuk proses itu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnyadi Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*