…
Desaku yang kucinta
Pujaan hatiku
Tempat ayah dan bunda
Dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan
Tak mudah bercerai
Selalu kurindukan
Desaku yang permai
BANDUNG, KalderaNews.com – Lagu “Desaku yang Kucinta” menjadi pembuka tampilan Kelompok Boemi Pantjasila dalam Sanurian’s Final Project Expo, presentasi hasil karya ujian praktik kolaborasi mata pelajaran siswa kelas IX SMP St. Ursula Bandung di aula sekolah pada Sabtu 4 Maret 2023.
Kelompok yang beranggotakan lima orang ini menyuguhkan drama musikal yang mengangkat permasalahan di Nusa Tenggara Timur. Dalam drama musikal tersebut mereka membawakan lagu daerah NTT, sisindiran (pantun bahasa Sunda) dan puisi yang mengungkapkan penerapan nilai-nilai Pancasila serta ungkapan syukur yang mendalam untuk potensi alam yang diberikan Tuhan.
Bagi Kelompok Boemi Pantjasila, lirik desaku yang permai menjadi ungkapan kekayaan daerah NTT, khususnya di Kabupaten Ende. Dalam ujian praktik kolaborasi mata pelajaran kelompok yang terdiri atas Reuben, Kheysa, Angel, Abigail dan Reinhard ini memilih jagung sebagai potensi sumber daya alam Kabupaten Ende.
BACA JUGA:
- Lima Negara ASEAN Usulkan Kebaya Dalam Daftar Intangible Cultural Heritage UNESCO
- Natal di Katedral Jakarta Berbalut Kekayaan Nusantara, Ada Wayang dan Kandang Sapi 100 Tahun
- Terkuak Sudah, Mengapa Huruf A Jadi Huruf Pertama dalam Alfabet
Dalam proses eksplorasi Kelompok Boemi Pantjasila melihat kandungan glukosa yang ada pada jagung dapat dijadikan bahan dasar pembuatan bioetanol melalui proses hidrolisis. Hal ini menjadi peluang untuk berinovasi dalam pemanfaatan produksi jagung yang melimpah.
Selain memanfaatkan hasil panen jagung yang berlimpah, hadirnya bioetanol dari jagung ini juga menjadi sumber energi terbarukan dan berkelanjutan. Bagi masyarakat di NTT, melalui bioetanol diharapkan bisa meningkatkan harga jual jagung sehingga meningkatkan taraf ekonomi, mengingat angka persentase penduduk miskin di Kabupaten Ende mencapai 23.18% pada tahun 2019 (BPS Ende).
Kolaboratif
Boemi Pantjasila adalah salah satu gambaran penampilan dari 24 kelompok ujian praktik kelas IX di SMP Santa Ursula Bandung. Ujian praktik tahun ini mengangkat tema “Negeriku: Negeri yang Kaya”. Berdasar pada tema tersebut ujian praktik dilaksanakan secara kolaboratif, baik antar mata pelajaran, antarguru, maupun antar peserta didik.
Peserta didik diajak berpikir kritis untuk melihat potensi sumber daya alam dan permasalahan yang ada di daerah tertentu (IPS). Dari temuan tersebut masing-masing kelompok membuat solusi dari sumber daya alam dengan memanfaatkan bioteknologi untuk mengatasi permasalahan yang ada di daerah yang mereka angkat (IPA). Hasil eksplorasi tersebut dipublikasikan pada website (TIK) yang mereka buat sendiri dengan memperhatikan kaidah kebahasaan yang berlaku (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris).
Dalam projek mereka peserta didik juga diminta untuk menganalisis penerapan nilai-nilai Pancasila (PPKn) serta mampu mengungkapkan rasa syukur berdasarkan nilai Serviam yang menjadi spiritualitas SMP St. Ursula Bandung.
Membentuk Daya Kreativitas
Tak hanya menekankan kemampuan literasi, masing-masing kelompok juga diajak untuk mengasah daya kreativitas mereka dengan membuat mini pertunjukan (seni budaya dan bahasa Sunda-Karawitan). Mini pertunjukan ini diolah sedemikian rupa dari hasil eksplorasi kondisi sosial budaya daerah yang mereka angkat.
Pada mini pertunjukan ini peserta didik diminta mempresentasikan hasil literasi mereka, membawakan lagu daerah dari daerah yang mereka angkat serta melalui sisindiran (pantun bahasa Sunda) yang dilagukan dengan iringan melodi hasil komposisi mereka sendiri.
Menghargai Proses
Erik Dwi Anggara, Waka Kurikulum SMP St. Ursula Bandung, menandaskan ujian praktik kelas IX ini tak hanya menekankan pada hasil yang ditunjukkan. “Di era serba instan sekarang, kami meminta peserta didik untuk menghargai arti sebuah proses. Mereka diajak untuk mengalami sendiri dinamika ujian praktik di dalam kelompoknya masing-masing,” tegas Erik.
Persiapan ujian praktik dilakukan sejak November 2022 hingga minggu ketiga bulan Februari 2023. Dalam prosesnya, masing-masing kelompok melakukan empat tahap pembelajaran yang disebut learning cycle.
Tahap exploring digunakan untuk mencari berbagai informasi dari sumber valid yang kredibel. Dari hasil exploring itu, mereka menentukan keprihatinan, potensi, dan sumber daya dukung lainnya. Selanjutnya, tahap synchronizing. Pada tahap ini, peserta didik menyatukan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka untuk menciptakan sebuah ide yang solutif.
Setelah ide ditentukan, tahap selanjutnya adalah experimenting, dimana peserta didik melakukan percobaan untuk merealisasikan ide mereka. Tahap terakhir adalah executing. Tahap ini merupakan tahap akhir sekaligus tahap untuk memublikasikan karya mereka setelah melewati proses panjang mereka dalam membuat sebuah proyek.
Reuben selaku Ketua Kelompok Boemi Pantjasila mengakui ujian praktik kolaborasi mata pelajaran ini tidak mudah. “Kami mengalami kesulitan untuk memadukan semua kompetensi karena masing-masing mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda,” kata Reuben.
“Kendati demikian kami menemukan nilai-nilai ketekunan, kemandirian, dan tanggung jawab saat berproses menjalankan ujian praktik ini. Ada kepuasan serta kebanggaan ketika berhasil menyelesaikan projek kami. Ternyata untuk mendapatkan hasil yang optimal membutuhkan ide, waktu, dan stamina yang menguras tenaga,” lanjut Reuben.
Pewarisan Budaya
Penyelenggaraan Sanurian’s Final Project Expo ini sangat diapresiasi oleh orang tua siswa. Selain mengundang orang tua siswa kelas IX, pihak sekolah juga memberi kesempatan kepada para siswa kelas VI yang akan menjadi calon siswa SMP St. Ursula Bandung pada tahun pelajaran baru yang akan datang untuk menyaksikan bagaimana pembelajaran yang akan mereka alami kelak.
Ira Indrawardana, salah seorang calon orang tua murid baru, sangat antusias menyaksikan berbagai tampilan kelompok siswa kelas IX. Sebagai seorang dosen Antropologi di Universitas Padjajaran, Ira menyampaikan kekayaan budaya Indonesia harus dikenalkan sejak dini kepada anak-anak.
“Melalui berbagai tampilan budaya daerah yang dipentaskan dalam Sanurian’s Final Project Expo ini, anak-anak mengalami dan merasakan sendiri kekayaan budaya negara kita,” kata Ira. Pewarisan budaya tidak cukup hanya melalui pengetahuan hafalan saja, tapi harus dirasakan sendiri dalam lagu-lagu, busana, maupun makanan daerah. (YR. Triatmoko Kusdiarto dan Andreas Aditya Yoga Prasasta, Guru St. Ursula Bandung)
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply