Hari Ini International Every Girl Wins Day, Yuk Simak Cerita Annette Berikut Ini

Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com– Hari ini 13 Maret, di dunia dirayakan sebagai International Every Girl Wins (IEGW) Day: hari kemenangan bagi setiap perempuan muda.

IEGW Day dimaksudkan untuk mendorong  perhatian pada hak-hak perempuan di seluruh dunia, terutama bagi perempuan muda.  Tujuannya adalah untuk mencapai perubahan sistemik jangka panjang yang membahas hak-hak perempuan atas kesetaraan.

Di IEGW Day  gadis-gadis muda diharapkan memperoleh inspirasi dan bangga dengan keberadaan mereka   untuk saling mendukung dan menjadi duta gerakan pemberdayaan perempuan, bukan hanya penerima manfaat.

Untuk menginspirasi para perempuan muda, KalderaNews dalam tulisan ini mengangkat kisah  Profesor Sejarah Universitas Harvard, Annette Gordon- Reed.

Baru-baru ini Prof. Annette mendapat kehormatan namanya disematkan pada sebuah sekolah di kampung halamannya, Camroe, Texas. Awalnya ia menolak, karena bagi dia, sebaiknya orang yang masih hidup tidak layak namanya dijadikan monumen. Cocoknya untuk yang sudah meninggal.

Namun kemudian pikirannya luluh mendengar alasan orang-orang  meminta izin memakai namanya. Sebab hal itu menyangkut kisah yang penting dan dapat menginspirasi perjuangan kesetaraan perempuan maupun ras.

BACA JUGA:

Prof Annette saat ini Carl M. Loeb University Professor di Harvard University, adalah murid kulit hitam pertama yang terdaftar dan diterima di sekolah kulit putih di kota itu, pada 1964. Umurnya baru enam tahun saat itu.

Saat itu sebetulnya sudah tidak ada lagi aturan yang memisahkan sekolah berdasarkan warna kulit. Sepuluh tahun sebelumnya Mahkamah Agung telah membatalkan aturan segregasi di seluruh AS. Namun Texas menerapkannya  setengah hati.

Pendidikan tetap berjalan segregatif:  sekolah yang secara tradisional murid-muridnya seluruhnya kulit putih dan sekolah yang seluruhnya muridnya kulit hitam. Untuk sekolah yang disebut terakhir ini, hanya satu di Camroe, yaitu Booker T. Washington. Yang berbeda hanyalah kini orangtua diberi kebebasan mau mendaftarkan anaknya di sekolah mana. Ini dibungkus dalam kebijakan yang diberi nama freedom of choice.

Pada tahun 1964  orang tua Annette mengambil keputusan bersejarah. Mereka mendaftarkan putri mereka ke sekolah kulit putih, Hulon N. Andersen, tidak seperti kakak-kakak Annette, yang bersekolah di Booker.

Annette mengenang bagaimana dirinya menjadi satu-satunya yang berbeda di Andersen. Ada yang menerimanya dengan baik, ada yang tidak. Ada yang begitu akrab saat di sekolah, tetapi langsung menjauh bila ada sanak keluarga yang melihat keakraban mereka.

“Seiring dengan berjalannya waktu, pejabat dan tamu sering muncul di depan pintu kelas, untuk mengamati pemandangan aneh, seorang anak perempuan kulit hitam di antara murid kulit putih,” kisah Annette, dalam esai yang ia tulis di The Wall Street Journal, 18-19 Februari 2023.

“Anak-anak berbeda lagi reaksi mereka. Ada yang baik dan menerima saya. Beberapa ada yang secara kasar menolak dengan prasangka yang sudah menjadi nilai keluarga mereka. Ada yang ramah saat di sekolah, namun saat saya bertemu dengan mereka bersama keluarga mereka di kota, mereka menjadi dingin dan nonkomunikatif. Mereka tahu keluarga mereka tidak senang bila mereka akrab dengan saya,” tulis Prof Annette.

Secara khusus Annette menyebut nama  Mrs Daughtry, guru kelas 1 SDnya. Menurut dia, ibu guru tersebut menyambutnya dengan baik, menciptakan kondisi yang indah dan memberinya rasa aman.

Beberapa tahun setelah Annette bersekolah di Andersen, Mahkamah Agung AS melarang semua kebijakan yang masih segregatif seperti freedom of choice. Sekolah benar-benar tidak boleh lagi berdasarkan warna kulit. Pun sekolah Booker T Washington tak lagi identik dengan sekolah kulit hitam. Namanya diubah menjadi Washington saja tanpa Booker T, karena nama ini mengacu pada tokoh kulit hitam AS yang pernah menjadi penasihat presiden AS tahun 1915.

Kehidupan menjadi lebih mudah bagi warga kulit hitam setelahnya. Annette dan kakak-kakaknya tidak lagi harus menunggu di ruang terpisah dengan pasien kulit putih saat ke praktik dokter gigi. Mereka juga tidak lagi harus duduk di balkon saat menonton film di bioskop. Ibu Annette sendiri yang bekerja sebagai guru, beberapa waktu kemudian pindah mengajar ke sekolah yang dahulunya semuanya muridnya kulit putih.

Yang paling besar jasanya dalam terobosan ini, menurut Annette, adalah ibu dan ayahnya. Mereka berani meninggalkan kebiasaan lama dan menempuh jalan baru, yang menembus batas pemisah. Ini alasan utama Annette akhirnya menerima namanya dipakai di sekolah yang baru itu. Menurut dia, ini adalah penghormatan kepada kedua orang tuanya.

Bagaimana sis, and bro. Semoga terinspirasi ya?

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*