Virga, Awan Ubur-Ubur yang Gemoy

Awan virga atau awan ubur-ubur pada musim gugur 2021 di Methoni, Peloponnese, Yunani. (KalderaNews/IG @mamzelle_delices)
Awan virga atau awan ubur-ubur pada musim gugur 2021 di Methoni, Peloponnese, Yunani. (KalderaNews/IG @mamzelle_delices)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Awan adalah kumpulan uap air yang membentuk kristal es beku di atmosfer sebuah planet. Akibat kondisi cuaca yang sering berubah-ubah, bentuk awan pun jadi beraneka ragam. Salah satu bentuk awan yang lucu dan menggemaskan adalah awan virga (virga cloud) atau awan ubur-ubur (jellyfish cloud).

Istilah virga pada awan virga (virga cloud) adalah untuk menyebut curahan hujan yang jatuh dari awan bagian bawah menuju permukaan bumi. Namun, belum sempat mencapai permukaan bumi, hujan tersebut malah menguap atau mengalami evaporasi dan kembali menjadi uap air lalu membentuk awan.

Awan virga juga dinamai awan ubur-ubur (jellyfish cloud) karena bentuknya yang menyerupai hewan laut tersebut. Dimana bagian awan yang masih utuh adalah kepala ubur-ubur, sedangkan bagian bawahnya yang menjadi hujan tapi menguap lagi adalah tentakel ubur-ubur. Bentuk tentakelnya, vertikal atau miring, bergantung pada arah dan kekuatan angin yang mengenainya. Lucu ya?

BACA JUGA:

Bentuk awan virga yang menyerupai ubur-ubur itu tentu tidak lepas dari proses pembentukannya. Awan tersebut dapat terjadi ketika awan telah berada pada titik jenuh dengan suhu yang lebih rendah dibandingkan lapisan udara yang ada di bawahnya (lebih panas). Kondisi ini membuat awan berubah menjadi curahan hujan lalu menetes ke bawah tapi menguap lagi sebelum sampai muka bumi.

Atmosfer gurun adalah wilayah yang paling ideal bagi pembentukan awan virga. Tapi tetap memungkinkan untuk terbentuk di lingkungan atmosfer lainnya.

Banyak jenis awan dapat menjadi awan virga. Diantaranya adalah awan cirrocumulus virga (Cc vir), altokumulus virga (Ac vir), altostratus virga (As vir), nimbostratus virga (Ns vir), cumulonimbus virga (Cb vir), cumulus virga (Cu vir), dan stratokumulus virga (Sc vir).

Pengamatan dari radar cuaca memperlihatkan awan-awan tersebut telah berproses menjadi hujan yang sampai ke permukaan bumi. Namun, dari stasiun meteorologi tidak menangkap hujan yang jatuh. Perbedaan hasil pengamatan tersebut sering menimbulkan spekulasi jika tidak disertai bukti pengamatan langsung.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*