JAKARTA, KalderaNews.com — Mirco Wolf Wiegert dan Lorenz Hampl, dua mahasiswa Jerman, sedang duduk di dapur asrama kampus mereka di Hamburg.
Lalu ide itu muncul. Malam itu mereka sedang menikmati pizza beku dan Coke ketika mereka membuat gagasan menciptakan minuman ringan melawan Coca Cola yang sangat popular.
Mereka yang saat itu berumur 20an tahun menyadari lawan mereka tidak ringan. Tetapi mereka nekad.
Mereka yakin dapat membuat sebuah cola yang berbeda – dan lebih baik. Dengan lebih sedikit gula, lebih banyak kafein, dan rasa yang khas.
Mereka tidak tahu harus mulai dari mana, tetapi mereka mengumpulkan €7.000, mendaftarkan perusahaan dan mulai mencari pabrikan untuk membantu mereka membuat formula.
Butuh beberapa saat, tetapi mereka menemukan satu formula, dan setelah banyak trial and error, cola sempurna mereka menjadi kenyataan.
BACA JUGA:
- Mahasiswa Indonesia di India Diminta Promosikan Produk Asli Nusantara
- Serius Walikota Bandar Lampung Berkomitmen Sediakan Anggaran untuk Peningkatkan Kompetensi Guru?
- 15 Maret, Hari Hak Konsumen Sedunia, Begini Sejarah dan Tema Peringatannya
Tes pertama mereka dilakukan di sebuah pesta: teman-teman mereka begadang sampai keesokan paginya, yang mereka anggap sukses. Kandungan kafeinnya pas, simpul mereka. Mereka mengirimkan sendiri paket pertama 240 boks masing-masing berisi 24 botol Fritz-kola, dalam sebuah van Volkswagen.
Itu 20 tahun yang lalu. Sekarang, Wiegert, berusia 48 tahun, tersenyum ketika mengingat hari-hari itu.
Fritz-kola, minuman ringan yang mereka ciptakan itu, kini menjelma menjadi bisnis yang cukup besar. Perusahaan mereka mempekerjakan 300 orang dan minuman ringan itu didistribusikan ke hampir seluruh Eropa.
Merek mereka, dengan lima pabrik pembotolan, menjadi sangat kuat di Jerman dan negara Eropa tengah lainnya seperti Austria dan Swiss. Di banyak perusahaan Berlin, misalnya, ini adalah satu-satunya cola yang tersedia.
Wiegert tidak dapat membayangkan bahwa ide yang dia kembangkan dengan teman masa kecilnya akan berakhir dengan mensponsori festival musik di seluruh benua dengan kampanye iklan yang menarik.
“Kami berekspansi ke selatan ke Prancis dan Spanyol, di mana kami ingin mulai berproduksi secara lokal,” jelasnya di kantor pusat perusahaan yang modern di Hamburg, di mana anak-anak muda berpakaian santai hilir mudik tanpa henti. Di sinilah bagian kreatif dan staf pemasaran, komunikasi dan bisnis bekerja.
Pabrik pembotolan mereka tersebar di seluruh Jerman sehingga produk mereka dapat didistribusikan ke utara, ke Skandinavia; ke timur, ke Republik Ceko dan Polandia; ke barat ke Belgia, Belanda dan Inggris; dan ke selatan.
Wiegert tidak bisa lupa hari-hari 20 tahun lalu saat mereka masih diliputi berbagai keterbatasan mengunjungi banyak pesta. Mereka pergi ke bar, kafe, dan restoran, dan membujuk pemiliknya untuk memberikan kesempatan kepada cola mereka; para pemilik bar dan kafe itu terhibur oleh anak-anak yang ingin menantang monopoli besar dengan minuman buatan Hamburg yang hanya menggunakan botol kaca yang dapat digunakan kembali.
El Paisa media Spanyol yang menulis kisah mereka, menceritakan suasana pertemuan dengan Wiegert. Di meja ruang pertemuan terdapat berbagai minuman yang diproduksi oleh Fritz-kola, yang selama bertahun-tahun telah memperluas repertoarnya: lemon, jeruk, apel, dan semuanya memamerkan logo aslinya: wajah tersenyum dari dua pria berbaju hitam dan putih.
Dua orang itu sebenarnya adalah Wiegert dan partnernya, Hampl. Kewalahan karena kurangnya anggaran dan ingin menghemat desainer, mereka mengambil foto diri mereka dengan latar belakang putih di ruang tenis meja di ruang bawah tanah asrama, membawanya ke toko untuk didigitalkan dengan meminta bantuan seorang teman menciptakan siluet. Ia dibiarkan hitam putih karena mencetak label dengan cara itu lebih murah, kata Wiegert. Hari ini logo itu dapat dikenali sebagai merek mereka.
Menurut Francisco Torreblanca, pakar merek dan profesor di sekolah bisnis dan pemasaran ESIC di Spanyol, bagian dari kesuksesan Fritz-kola adalah karena efek halo keasliannya, produk lokal artisanal, yang tampaknya jauh dari dunia industri.
Selain rasa cola, citra dan namanya yang mengganggu (kola dengan k), perusahaan telah mengeksploitasi apa yang dalam periklanan dikenal sebagai storytelling; yaitu, memanfaatkan sejarahnya yang khas.
“Tipe konsumen baru haus akan hal-hal baru. Kita saling terhubung dan ingin mencoba hal-hal baru, terlebih lagi setelah pandemi. Dan merek ini luar biasa,” kata Wiegert untuk menjelaskan masuknya ke pasar seperti Spanyol, yang sudah dapat ditemukan di lebih dari seribu bar dan restoran.
Ketika merumuskan nama produk, para pendiri memutuskan untuk mendengarkan pelanggan masa depan mereka untuk memilih nama minuman.
Mereka menemukan daftar kemungkinan nama yang terkait dengan Hamburg dan Jerman utara: Alster kola, nama danau; Elbe kola, sungai; dan Fritz, nama kebanyakan orang Jerman.
Mereka berdiri di pintu masuk pusat perbelanjaan dan mengamati pembeli. Bentuk pendek dari “Friedrich” yang sederhana namun menawan dipilih oleh mayoritas. Adapun dipakainya “k” pada kola, menurut Wiegert, adalah sebagai simbol dari melakukan sesuatu dengan berbeda.
Hampl meninggalkan perusahaan pada tahun 2016 untuk mengerjakan proyek lain. Wiegert mengaku tidak lelah menghadapi tantangan. “Tujuan jangka panjang kami adalah menjadi minuman cola nomor satu di Eropa di segmen perhotelan, di bar dan kafe,” ujarnya. Saat ini, pangsa pasarnya sekitar 4%.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu. Tertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com
Leave a Reply