Usia Benda Purba Dapat Diperkirakan dengan Radiocarbon Dating, Begini Caranya!

Museum Manusia Purba Sangiran di Sragen, Jawa Tengah,
Museum Manusia Purba Sangiran di Sragen, Jawa Tengah (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

TANGERANG SELATAN, KalderaNews.com – Guru Besar Suranaree University of Technology (SUT) Thailand, Profesor Prayoon Songsiriritthigul menegaskan radiocarbon dating menjadi metode yang efektif dalam memperkirakan usia obyektif bahan berbasis karbon yang berasal dari organisme hidup. Metode ini sangat cocok untuk diaplikasikan guna menentukan usia benda purbakala yang telah mencapai ribuan tahun.

Hal ini ditegaskannya webinar series Accelerator Talks seri ke-8 dengan tema “Accelerator Mass Spectroscopy (AMS) Capacity Building and Research Collaboration” pada Rabu, 1 Februari 2023.

Ia menegaskan usia benda tersebut dapat diperkirakan dengan mengukur jumlah Carbon-14 yang ada di dalamnya dan membandingkannya dengan standar referensi yang digunakan secara internasional.

BACA JUGA:

Prayoon memperkenalkan teknik AMS adalah teknik analitik berbasis penggunaan akselerator ion untuk spektrometri massa.

“Teknik ini sangat efisien untuk radiocarbon dating,” paparnya.

Dengan teknik tersebut dikatakan Prayoon, benda yang berusia lebih dari 50 ribu tahun dapat diprediksi dengan baik. “Dengan teknik ini kita dapat memperkirakan usia objek atau bahan purba di atas 50 ribu tahun,” jelasnya.

Dia menjelaskan, terdapat dua bagian dalam proses radiocarbon dating melalui AMS. Bagian pertama melibatkan percepatan ion menjadi energi kinetik yang luar biasa tinggi, dan langkah selanjutnya melibatkan analisis massa.

Sedangkan sistem akselerator yang biasa digunakan untuk radiocarbon dating melalui AMS ada dua system, yaitu siklotron dan akselerator elektrostatis tandem.

Prayoon menjelaskan, kegiatan riset terkait AMS, yaitu fokus pada desain dan engineering sistem AMS yang kompak.

“Terdapat sumber ion yang memproduksi ion karbon negatif, kemudian kami memiliki lower energy bending magnet untuk memilih C-12, C-12, C-13 dan telah diatur untuk memilih isotop karbon yang kemudian dipercepat oleh bagian tandem accelerator,” jelasnya.

“Pada bagian tandem accelerator, kami punya electron stripping system untuk mengkonversi ion karbon negatif menjadi ion karbon positif sehingga energinya menjadi dua kali lipat lebih besar. Selanjutnya kami punya high energy bending magnet untuk analisa massa, sehingga kita dapat mengukur banyaknya kandungan C-12, C-13 maupun C-14”, lanjutnya.

Dia mengungkapkan terdapat 5 topik riset utama yang dilakukannya terkait AMS, yaitu sumber ion, bending magnet, tandem accelerator, diagnosa/pengukuran/ kontrol sinar, serta preparasi sampel. Ia mengajak para periset BRIN maupun mahasiswa untuk bergabung dalam kegiatan riset AMS di SUT dengan berpartisipasi dalam 3 topik utama, yaitu sumber ion, bending magnet dan tandem accelerator.

“Proyek ini berada di bawah supervisi tim dari Synchrotron Light Research Institute (SLRI). Kami juga berkolaborasi dengan Chiang Mai University dan National Astronomy Research Institute di Chiang Mai,” ulasnya.

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN), Rohadi Awaludin mengungkapkan bahwa saat ini teknologi akselerator berkembang pesat dan cakupannya sangat luas, untuk itu, BRIN berencana akan membangun AMS.

“BRIN berencana membangun AMS di Kawasan Sains dan Teknologi G.A. Siwabessy, Pasar Jumat. Semoga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk aktivitas penelitian skala kecil di Indonesia,” ujar Rohadi.

“Kita berharap teknologi akselerator juga berkembang di Indonesia di masa yang akan datang,” imbuhnya.

Sementara itu Kepala PRTA, Muhammad Rifai menyambut baik diselenggarakannya webinar tersebut. Menurutnya dengan webinar ini kita dapat memperoleh pengetahuan tentang AMS dan bagaimana bisa berpartisipasi dalam proyek semacam ini di Thailand, khususnya di SUT dengan melakukan kolaborasi riset.

“Kita dapat mengirimkan beberapa mahasiswa atau periset ke Thailand untuk belajar lebih dalam tentang AMS serta mendorong para doktor dalam proyek AMS,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*