Indonesia Alami Darurat Literasi, Kemendikbudristek Luncurkan Merdeka Belajar Episode ke-23

Mendikbud RI Nadiem Anwar Makarim. (Ist.)
Mendikbud RI Nadiem Anwar Makarim. (Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kemendikbudristek meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.

Program ini berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru.

Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim mengatakan, terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 diluncurkan untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia.

Kemampuan literasi yang rendah ini akibat kebiasaan membaca sejak dini yang sangat minim.

BACA JUGA:

“Penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik,” kata Menteri Nadiem.

Program pengiriman buku ke sekolah bukan kebijakan yang baru dilakukan Kemendikbudristek.

Kali ini, Kemendikbudristek menghadirkan terobosan untuk sejumlah hal, mulai dari jumlah eksemplar, jumlah judul buku, jenis buku yang dikirimkan, dan yang lain.

Pada 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD.

“Yang paling penting adalah bagaimana kami saat ini menyediakan pelatihan dan pendampingan untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima,” tutur Mendikbudristek.

Mendikbudristek berharap, para guru dan pustakawan sekolah bisa benar-benar memahami kegunaan dan kebermanfaatan buku yang diterima.

Sehingga tidak akan ada buku yang menumpuk di perpustakaan karena tidak dimanfaatkan.

Darurat literasi

Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) 2021, Indonesia saat ini sedang mengalami darurat literasi, yakni satu dari dua siswa SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi.

“Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara lain,” papar Mendikbudristek.

Fakta lain menunjukkan, ada kesenjangan pada kompetensi literasi. Masih cukup banyak sekolah, terutama yang berada di kawasan 3T dengan peringkat literasi dan numerasi berada pada level satu atau sangat rendah.

Terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 diluncurkan untuk melengkapi tiga terobosan Merdeka Belajar yang telah hadir sebelumnya dan berfokus pada peningkatan literasi peserta didik.

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando mendukung kebijakan Merdeka Belajar Episode ke-23.

“Program ini sangat mulia dan bagus karena akan melibatkan perpustakaan-perpustakaan di sekolah guna mempercepat terwujudnya kualitas sumber daya manusia (SDM) sesuai dalam RPJM,” tutur Syarif.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmuTertarik menjalin kerjasama dengan KalderaNews.com? Silakan hubungi WA (0812 8027 7190) atau email: kalderanews@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*