JAKARTA, KalderaNews.com – UNESCO memutuskan untuk mendedikasikan Hari Pendidikan Internasional 2023, 24 Januari untuk pendidikan perempuan Afghanistan.
“Tak ada negara di dunia yang melarang perempuan dan anak perempuan untuk menerima pendidikan. Pendidikan adalah hak asasi manusia universal yang harus dihormati,” tulis Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay di laman resminya.
“Komunitas internasional memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa hak-hak anak perempuan dan perempuan Afghanistan dipulihkan tanpa penundaan,” lanjut Audrey.
BACA JUGA:
- 24 Januari, Hari Pendidikan Internasional, Begini Tema dan Sejarahnya
- Sepanjang 2022, 1.664 Kasus Kekerasan pada Anak, Perlu Pendidikan Antikekerasan!
- Indonesia Kekurangan Dokter, Prioritaskan Beasiswa LPDP untuk Pendidikan Kedokteran
Kini, sekira 2,5 juta atau 80 persen anak perempuan dan perempuan muda Afghanistan usia sekolah tidak bersekolah.
Sebanyak 1,2 juta di antaranya tidak diberi akses ke sekolah menengah dan universitas, setelah larangan resmi dari otoritas Afghanistan.
Sejak Agustus 2021, UNESCO telah mengadaptasi intervensinya untuk mendukung kelangsungan pendidikan dalam situasi yang menantang.
Kampanye advokasi UNESCO menjangkau lebih dari 20 juta warga Afganistan untuk meningkatkan kesadaran publik akan hak atas pendidikan bagi pemuda dan orang dewasa, terutama anak perempuan dan perempuan.
Selain itu, UNESCO juga telah bermitra dengan LSM di lapangan, menyediakan konten pendidikan dan pendanaan untuk menyebarkan kampanye literasi berbasis komunitas yang menargetkan 25.000 anak muda dan orang dewasa di daerah pedesaan, yang kebanyakan gadis remaja di atas usia 15 tahun dan perempuan.
20 tahun terakhir
Keputusan kelompok Taliban yang kini menguasai Afghanistan akan mengancam kemajuan pembangunan yang dibuat oleh negara tersebut selama 20 tahun terakhir.
Selama 20 tahun terakhir, jumlah anak perempuan di sekolah dasar meningkat dari hampir nol menjadi 2,5 juta.
Partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi Afghanistan juga meningkat hampir 20 kali lipat, dari 5.000 siswa menjadi lebih dari 100.000.
Angka melek huruf untuk perempuan hampir dua kali lipat, dari 17 persen perempuan yang bisa membaca dan menulis pada tahun 2001, menjadi hampir 30 persen pada 2021.
Tetapi, semua pencapaian itu akan lenyap dalam sekejap dengan sebuah keputusan politik Taliban.
Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply