Volume Sampah di Indonesia Capai 18 Juta Ton, yang Terkelola Baru 73 Persen

SD Tarakanita 1
Pengunjung ikut serta dalam pembuatan hasil karya dari barang bekas yaitu membuat tikar dari bungkus kopi (KalderaNews/Dok. Tarakanita)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Ketua Dharma Wanita Pembangunan (DWP) sekaligus Ketua Bidang 1 OASE Kabinet Indonesia Maju, Franka Makarim menegaskan penanganan sampah perlu ditanamkan dalam pendidikan sejak usia dini sebagai bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Ia mengakui penanganan sejumlah isu lingkungan seperti kelangkaan energi, perubahan iklim dan manajemen keberlanjutan di Indonesia bermula dari persoalan sampah yang hingga saat ini masih menjadi isu besar yang belum terselesaikan.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021, saat ini jumlah volume sampah di Indonesia mencapai 18 juta ton, sementara yang baru terkelola secara baik sebanyak 73 persen atau 13,2 juta ton sampah. Hal itu disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang manajemen pengelolaan limbah dan sampah.

BACA JUGA:

“Tak heran jika sampai hari ini masih banyak di antara kita yang membuang sampah sembarangan, tidak melakukan pemilahan sampah atau bahkan berusaha mengurangi produksi sampah yang kita hasilkan sehari-hari,” ujar Franka Makarim saat menjadi pembicara kunci pada Webinar Edukasi Penanganan Sampah Plastik pada Anak Usia Dini di Satuan PAUD di Jakarta pada Rabu, 21 Desember 2022.

Namun begitu, kata Franka, bukan berarti masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi tumpukan sampah. Menurutnya, yang dapat dilakukan adalah dengan mendorong anak-anak mengamalkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila yang salah satu prinsipnya adalah memiliki kesadaran lingkungan dengan perilaku positif,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, kesadaran, pemahaman, dan kepedulian tentang pengelolaan sampah perlu ditanamkan sedini mungkin. Dengan begitu, lama kelamaan masyarakat dapat memahami dan terbiasa untuk mengolah sampah dengan tepat.

“Mulai hari ini kita harus mendorong anak usia dini untuk menerapkan edukasi penanganan sampah plastik secara optimal di satuan PAUD. Salah satu konsep penting yang perlu diajarkan kepada anak dalam mengurangi sampah adalah dengan menggunakan kembali dan mendaur ulang (recycle) produk yang berbahan baku plastik,” paparnya.

Prinsip dasar yang perlu ditumbuhkan di satuan pendidikan PAUD yakni bagaimana menumbuhkan kesadaran bahwa sampah berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar.

Tumpukan sampah plastik di tepi pelabuhan
Tumpukan sampah plastik di tepi pelabuhan (KalderaNews/Ist)

Para pendidik maupun orang tua harus mengajarkan tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah. Berikutnya adalah dengan menggunakan kembali barang plastik yang masih bisa digunakan dan menghindari penggunaan plastik sekali pakai.

Dalam mendaur ulang plastik, anak-anak bisa diajarkan untuk berkreasi menghasilkan barang yang berguna dari sampah plastik yang ada di sekitarnya.

“Kita perlu memberikan contoh dan menjadi panutan yang baik bagi anak kita mulai dari perilaku kita sehari-hari. Perlu didorong sedini mungkin cara-cara dan ajakan dengan penyampaian yang menyenangkan. Oleh karena itu, saya berharap kita semua dapat mengambil pelajaran terkait praktik baik penanganan sampah plastik yang efektif dan berkelanjutan,” tutup Franka.

“Kepedulian masyarakat sedini mungkin terhadap lingkungan sekitar berkaitan erat dengan proses pembentukan karakter anak usia dini yang peduli dan cinta lingkungan. Nilai tersebut menjadi salah satu capaian yang diharapkan dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,”

Setelah timbul kesadaran yang dimulai dari anak-anak usia dini maka akan muncul aksi di masyarakat yang mengubah sampah plastik menjadi material bernilai ekonomis dan tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.

Pada dasarnya pencemaran lingkungan bisa disebabkan oleh beberapa hal yakni:

  • Pengelolaan sampah yang tidak baik
  • Kurangnya pengendalian penggunaan
  • Produksi bahan atau media yang berdampak pada pencemaran lingkungan
  • Penumpukan sampah tanpa ada tindakan lanjutan
  • Pembiasaan penggunaan plastik sekali pakai yang berlebih yang berimbas buruk terhadap perairan dan tanah.

“Bila keadaan lingkungan sudah tidak baik dan tidak mendukung, dapat dipastikan akan memberikan efek domino yang tidak baik pada keberlangsungan seluruh ekosistem,” ungkap Franka.

Pentingnya penanaman dan pembentukan karakter baik dan positif bagi anak usia dini, kata Franka, selayaknya dipraktikkan secara terpadu di lingkungan terdekat anak, baik itu di lingkungan rumah, lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Istri Mendikbud, Franka Nadiem mendongeng. (Dok. Kemendikbud)
Istri Mendikbud, Franka Nadiem mendongeng. (Dok. Kemendikbud)

Hal tersebut juga berlaku dalam penanaman perilaku sadar dan bijak terhadap sampah, yang idealnya dilakukan sedini mungkin, hingga pada akhirnya membentuk pelajar yang sadar dan bijak terhadap sampah dan lingkungan.

Franka menambahkan, pembiasaan dan penanaman perilaku bijak sampah di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui perancangan pembelajaran, serta perancangan lingkungan budaya dan kebiasaan di sekolah.

“Hal ini sejalan dengan konsep Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik mencakup kompetensi literasi, numerasi, dan pengembangan karakter,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel KalderaNews.com lainnya di Google News

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*