Iptek Nuklir Itu Tidak Melulu Energi PLTN, Ada yang Sangat Urgent di Kesehatan

Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir). (KalderaNews.com/Dok.BRIN)
Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) Yogyakarta (KalderaNews/Dok. BRIN)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menegaskan iptek nuklir itu tidak selalu energi yaitu PLTN. Banyak aplikasi khususnya di bidang kesehatan, dan sudah pasti setiap RS ada yang berhubungan dengan teknologi nuklir.

Itulah sebabnya kita memiliki Politeknik Nuklir juga, karena kebutuhan akan hal tersebut sudah di depan mata.

“Iptek nuklir dalam aplikasi kesehatan atau medis sangat urgent, bayangkan kalau kita harus berkutat dengan teknologi jaman dulu. Padahal kita sudah memiliki teknologi yang baru, tetapi hanya karena mahal kita tidak bisa mengaksesnya,” tandasnya.

BACA JUGA:

Selanjutnya Handoko mengutarakan, masalah pembangunan revitalisasi fasilitas riset iptek nuklir, yang akan dilakukan di KST Habibie di Serpong untuk pembangunan akselerator, selain revitalisasi reaktor nuklir Siwabessy yang sudah tua

“Setelah kita perhatikan, kita kekurangan SDM, kalau masalah anggaran masih bisa dicari. Kita tidak mungkin membuat fasilitas yang terkini, tapi tidak ada orang yang paham akan hal itu, yang punya jam terbang dalam pembangunannya. Sekarang kita sedang melakukan percepatan SDM nya dulu, khususnya teknologi akselerator,” bebernya.

Prof Muhayatun Santoso Periset Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN yakin masih banyak orang lain yang bisa berkiprah sangat baik dalam memanfaatkan teknologi nuklir di Indonesia.

“Motivasi saya pada saat pertama kali kerja di BATAN (saat itu), kita mempunyai berbagai fasilitas yang sangat canggih, dan dulunya sangat limited dimiliki oleh institusi di Indonesia.”

“Jangan sampai fasilitas yang canggih ini, tidak mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di masyarakat. Mulai dari membangun laboratorium yang terakreditasi, baik nasional maupun internasional, dan mengikuti ISO,” tegasnya.

Dirinya menambahkan, Indonesia sebagai negara berkembang, tidak bisa meminta semua fasilitas canggih ada di Indonesia.

“Saya harus mempunyai akses untuk memanfaatkan fasilitas dari negara-negara maju. Jadi tidak ada excuse, kita tidak bisa maju. Pintu terbuka sangat lebar, kolaborasi bisa kita lakukan. Setidaknya dengan IAEA, yang bisa membawa sebagai jembatan untuk memanfaatkan berbagai fasilitas yang kita perlukan,” katanya antusias.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*