Inilah Fakta Ilmiah Kalau Indonesia Itu Memang Rawan Gempabumi dan Tsunami

Gedung SMK Negeri 1 Cugenang
Gedung SMK Negeri 1 Cugenang (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kejadian gempabumi di Cianjur yang menimbulkan korban dengan luka ringan, luka berat, hingga meninggal dunia perlu dihindari untuk kejadian gempabumi yang akan terjadi di masa datang.

Imanuela Indah Pertiwi, M.Si dan Marniati, MT dari Stasiun Geofisika Kelas IV Kendari dan Balai Besar MKG Wil IV Makassar dalam paper yang diunggah di laman BMKG dengan judul “Rawan Gempabumi, Diperlukan Mitigasi Secara Mandiri” mengakui keadaan ini memerlukan pemahaman mitigasi secara mandiri oleh masing-masing orang agar terhindar dari dampak akibat kejadian gempabumi.

“Tidak dapat dihindari bahwa wilayah Indonesia berada di tiga pertemuan lempeng utama dunia, dan merupakan negara kepulauan yang berbatasan langsung dengan laut lepas. Pergerakan dari pertemuan tiga lempeng utama dunia tersebut menyebabkan terdapat sekitar 267 sesar (darat dan laut) dan sekitar 21 zona subduksi yang tersebar di semua pulau di Indonesia,” tegas mereka merujuk pada buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesi Tahun 2017, Pusat Studi Gempa Nasional.

BACA JUGA:

“Keadaan inilah yang menjadikan wilayah Indonesia menjadi salah satu wilayah rawan gempabumi dan tsunami,” tandasnya.

Satu hal yang perlu diketahui bahwa gempabumi tidak dapat diprediksi secara pasti waktu kejadiannya, mulai dari hari, tanggal, maupun waktu kejadiannya.

Korban jiwa menjadi lebih banyak karena disebabkan oleh runtuhan bangunan, perabotan, kebakaran, tanah longsor, dan kepanikan.

Mitigasi secara mandiri dapat dimulai dari persiapan sebelum terjadi gempabumi. Diawali dengan mengenali tempat tinggal dan tempat bekerja, memastikan bahwa struktur bangunannya kuat, serta letak bangunan terhindar dari bahaya akibat gempabumi seperti tanah longsor dan rekahan tanah.

Perabotan seperti lemari dan cabinet dapat diatur agar tidak roboh dengan menempelkannya pada dinding (dipaku atau diikat), serta meletakkan benda berat di bagian paling bawah untuk menghindari benda berat yang jatuh. Menyiapkan tas siaga bencana (emergency preparedness kit) yang berisikan dokumen/surat berharga, kotak P3K berisi obat-obatan, radio portable, pakaian, uang tunai, telepon genggam, masker, peluit, senter/lampu, baterai, makanan siap santap yang tahan lama, supplement, dan air minum, sehingga ketika terjadi gempabumi tas tersebut dapat langsung dibawa ke titik berkumpul tempat evakuasi sementara.

Perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat, sehingga apabila terjadi gempabumi sudah mengetahui tempat paling aman untuk evakuasi. Jalur evakuasi sebagai penunjuk arah ke tempat aman untuk berlindung, sangat perlu dipasang di bangunan/sarana publik seperti tempat kerja, rumah sakit, hotel, tempat wisata, dan sekolah.

Papan titik berkumpul untuk menunjukkan sebagai tempat yang aman juga perlu dipasang di area lapangan luas yang jauh dari tiang, bangunan, dan pohon tinggi. Mencatat nomor telepon penting kedaruratan yang dapat dihubungi saat terjadi gempabumi juga menjadi hal yang sangat penting.

“Gempabumi Cianjur yang menimbulkan korban sebagian besar adalah anak-anak meyakinkan kegiatan BMKG Goes To School adalah sarana yang paling tepat untuk memberikan sosialisasi dan arahan terkait mitigasi mandiri ini kepada pelajar, siswa-siswi di sekolah,” tandasnya.

*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*